A. PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DAN TEORI KEPRIBADIAN
1.1 PENGERTIAN KEPRIBADIAN DAN CIRI-CIRI
KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang
individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling
sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan
oleh seseorang.
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam
memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat
dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider
(1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik
yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan
konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa
kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan
individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur
psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi
kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga
menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian
individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal,
diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl
Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan,
teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi
Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson,
teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin
(2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup
:
• Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam
mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat.
• Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang,
atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari
lingkungan.
• Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat
positif, negatif atau ambivalen.
• Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan
reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya
tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
• Responsibilitas (tanggung jawab) adalah
kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan.
Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari
risiko yang dihadapi.
• Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang
berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka
atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian
tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang
tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan
ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
a. Kepribadian yang sehat
Mampu menilai diri sendiri secara
realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya,
secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Mampu menilai situasi secara realistik;
dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara
realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan
itu sebagai sesuatu yang sempurna.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara
realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara
rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex,
apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami
kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap
optimistik.
Menerima tanggung jawab; dia mempunyai
keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam
cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan
mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di
lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan
emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara
positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
Berorientasi tujuan; dapat merumuskan
tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan
secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya
mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan
dan keterampilan.
Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat
respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau
masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai
dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap
orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang
lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif
dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan
orang lain.
Memiliki filsafat hidup; mengarahkan
hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang
dianutnya.
Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai
kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi),
acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
b. Kepribadian yang tidak sehat
Mudah marah (tersinggung)
Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
Bersikap kejam atau senang mengganggu orang
lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku
menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
Senang mengkritik/mencemooh orang lain
Sulit tidur
Kurang memiliki rasa tanggung jawab
Sering mengalami pusing kepala (meskipun
penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati
ajaran agama
Pesimis dalam menghadapi kehidupan
Kurang bergairah (bermuram durja) dalam
menjalani kehidupan
1.2 TEORI KEPRIBADIAN MENURUT PARA AHLI
Teori (Perkembangan) Kepribadian berdasarkan
pendapat para ahli, yaitu sebagai berikut:
1. Sigmund Freud (Psikoanalisis Klasik) (1856
– 1939)
Struktur Kepribadian, Kehidupan jiwa memiliki
tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious), Pra sadar (Preconscious), dan
tidak sadar /bawah sadar (Unconscious mind).
Id, ego, superego. Id adalah berkaitan dengan
prinsip kesenangan, ego berkaitan dengan prinsip kenyataan, sedangkan superego
merupakan penjaga moral atau kata hati.
Tahap perkembangan psikoseksual, yaitu oral,
anal, phalik, laten, genital.
2. Alfred Adler (Psikologi Individual) (1870 –
1937)
truktur Kepribadian, Manusia adalah mahluk
social dan makhluk individual.
Pokok-Pokok Teori Adler, Individualitas
sebagai pokok persoalan, Pandangan Teleologis: Finalisme Semu, Dua Dorongan
Pokok, yaitu dorongan kemasyarakatan, dorongan keakuan, Rasa Rendah Diri dan
Kompensasi pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia, Gaya Hidup
adalah prinsip yang dipakai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang,
Diri yang Kreatif adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi
semua tingkah laku.
3. Karen Horney (1885-1952)
Teori Kepribadian, Dasar kepribadian terbentuk
pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Faktor sosial (hubungan antara orang
tua dan anak) sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian (bukan dorongan
biologis). Horney menekankan faktor budaya dibanding faktor biologis dalam
perkembangan manusia, terutama yang terkait dengan perbedaan gender.Anak-anak
memulai hidupnya dengan basic anxiety, tapi hal itu dapat diatasi dengan
pengasuhan yang memadai dari orang tua maupun orang lain.
4. Harry Stack Sulivan
Faktor sosial (Proses akulturasi) menentukan
perkembangan psikologis. Juga faktor-faktor fisiologis. Pengalaman-pengalaman terdiri
dari :
1. Pengalaman prototasik,
2. Pengalaman parataksik,
3. Pengalaman sintaksik.
Ada tujuh tahapan perkembangan yaitu :
1. Infancy (masa kelahiran sampai mampu
berbicara),
2. Childhood (masa kanak-kanak),
3. Juvenile (usia 5-11 tahun),
4. Preadolescence (masa pradewasa),
5. Early adolescence (masa dewasa awal),
6. Late adolescence (masa dewasa akhir),
7. Adulthood (masa dewasa / sebagai orang
tua).
5. Erich Fromm (1900-1980)
Manusia melarikan diri dari kebebasan, karena
Manusia tidak dapat dipisahkan dari alam dan orang lain, Semakin bebas manusia
semakin ia merasa kesepian, tidak berarti dan terasing, Manusia menemukan rasa
aman jika bersatu & bekerjasama dengan orang lain.
Ada dua cara untuk memperoleh makna dari
kebersamaan dalam kehidupan, yaitu: Mencapai kebebasan positif tanpa
mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi dan Memperoleh rasa aman dengan
meninggalkan kebebasan. Tiga mekanisme pelarian yang terpenting yaitu :
Authoritarianism terdiri dari masochistic dan sadistic, Destructiveness, dan
Automation conformity. Kebutuhan Manusia, yaitu: Relatedness
(berelasi/berhubungan), Rootedness (berikatan), Unity (bersatu), Identity
(indetitas). Ada 4 kebutuhan lain yang berhubungan dengan pemahaman dan
aktivitas, yaitu:
1. Need for a frame of orientation,
2. Need for a frame of devotion ,
3. Need for excitation–stimulation ,
. 4. Need for effectiveness.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut
manusia membentuk 2 tipe karakter yaitu:
1. Nonproduktif dan
2. Produktif.
6. Adolf Meyer
Teori psychobiology (atau alternatifnya,
ergasiology, istilah yang diciptakan dari kata Yunani untuk bekerja dan
melakukan), dimana Meyer melakukan pendekatan untuk pasien penyakit jiwa yang
mencakup, meneliti dan mencatat semuanya,baik psikologis biologis, dan sosial
yang relevan dengan faktor kasus – sehingga penekanannya pada pengumpulan
sejarah kasus rinci untuk pasien, memberikan perhatian khusus terhadap latar
belakang sosial dan lingkungan yang membesarkan pasien. Meyer percaya bahwa
penyakit mental hasil dari disfungsi kepribadian, bukan patologi otak.
7. Carl Gustav Jung (1875-1961)
Konsep-konsep Kepribadian Menurut Carl Gustav
Jung ada tiga macam, yaitu Personality Function, Psyche adalah merupakan
gabungan atau jumlah dari keseluruhan isi mental, emosional dan spiritual
seseorang, dan Self adalah Kepribadian Total (total personality) baik Kesadaran
maupun Bawah Sadar. Ia memandang manusia sangatlah unik karena mempunyai begitu
banyak Kepribadian yang beragam antara individu satu dengan individu lainnya.
Jung membedakan istilah antara Ambang Sadar (Subconscious) dan Bawah Sadar
(Unconscious).
8. Gordon W Allport (1897-1967)
Kepribadian adalah:”sebuah organisasi dinamis
di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik
perilaku dan pikirannya.”
Teori trait oleh Gordon W. Allport. Central
trait, yaitu kumpulan kata-kata yang biasanya digunakan oleh orang untuk
mendeskripsikan individu. Unit dasar dari kepribadian adalah trait yang
keberadaannya bersumber pada sistem saraf. Allport percaya bahwa trait
menyatukan dan mengintegrasikan perilaku seseorang dengan mengakibatkan
seseorang melakukan pendekatan yang serupa (baik tujuan ataupun rencananya)
terhadap situasi-situasi yang berbeda. Walaupun demikian, dua orang yang
memiliki trait yang sama tidak selalu menampilkan tindakan yang sama. Faktor
genetik dan lingkungan sama-sama berpengaruh dalam menentukan perilaku manusia.
9. Kurt Lewin (1890- 1947)
Teori medan (life space) merupakan sekumpulan
konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis yang dapat
diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik
untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret.
Struktur Kepribadian terdiri atas:
a. Ruang Hidup,
b.Lingkungan Psikologis,
c. Pribadi,
d. Lingkungan Non-Psikologis
Dinamika Kepribadian terdiri atas : energi
psikis (psychic energy), tegangan , kebutuhan (need), tindakan (action)
meliputi vector (kekuatan yang mendorong terjadinya tingkah laku) dan valensi
(nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi) serta lokomosi (
perpindahan lingkaran pribadi).
Perkembangan Kepribadian , terdiri dari:
a) Diferensiasi,
b) Perubahan dalam variasi tingkah lakunya,
c) Perubahan dalam organisasi dan struktur
tingkah lakunya lebih kompleks,
d) Bertambah luasnya arena aktivitas individu.
10. Abraham H. Maslow (1908-1970)
Teori Kebutuhan Maslow:
1. Kebutuhan Fisiologis/Biologis,
2. Kebutuhan Keamanan,
3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan,
4. Kebutuhan Esteem,
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Hirarki
kebutuhan manusia, harus dipenuhi untuk mengembangkan potensi dalam diri
manusia.
11. Ivan Pavlov (1849-1936)
Teori pelaziman klasik adalah memasangkan
stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang
tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini
terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.
Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak
sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.
Belajar menurut teori ini adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang
terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan
pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara
otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
12. John B Watson (1878-1958)
Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk
merupakan hasil suatu pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus
dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks
perilaku meliputi; pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi dan pembelajaran.
13. Burrhus Frederick Skinner (Psikologi
Behaviorisme ) (1904-1990)
Struktur kepribadian, Tehnik mengontrol
perilaku adalah sebagai berikut:
1. Pengekangan Fisik ( physical restraints )
2. Bantuan Fisik (physical aids)
3. Mengubah Kondisi Stimulus (changing the
stimulus conditions)
4. Manipulasi Kondisi Emosional (manipulating
emotional conditions)
5. Melakukan Respons-respons Lain (performing
alternative responses)
6. Menguatkan Diri Secara Positif (positive
self-reinforcement).
7. Menghukum Diri Sendiri (self punishment).
Selanjutnya Skinner membedakan perilaku atas:
.1. Perilaku yang alami (innate behavior), .
2.Perilaku Operan (operant behavior),.
Dinamika Kepribadian, terdiri dari Kepribadian
dan Belajar, Tingkah laku Kontrol Diri, Stimulan Aversif. Dua jenis
pengkondisian, yaitu: Kondisioning Klasik (Classical Conditioning) dan
Kondisioning Operan (Operant Conditioning)
14. Erik Erikson (1902-1994)
Teori Erik Erikson (Tahapan Pembangunan
Psikososial) tentang delapan tahap perkembangan manusia adalah salah satu teori
terbaik yang dikenal dalam psikologi. Sementara teori didasarkan pada tahapan
Freud tentang perkembangan psikoseksual, Erikson memilih untuk fokus pada
pentingnya hubungan sosial pada pengembangan kepribadian.
Teori ini juga melampaui masa kanak-kanak
untuk melihat perkembangan di seluruh umur.
Perkembangan kepribadian dalam teori
psikoanalisis Erickson
1. Trust VS Mistrust (0-1/1,5 tahun).
2. Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu ( early
chilhood : 1/1,5-3 tahun).
3. Inisiatif VS Rasa Bersalah (late
chilhood:3-6th).
4. Industri VS Inferiority ( usia sekolah:6-12
tahun).
5. Identitas dan Penolakan VS difusi Identitas
( masa remaja: 12-20 tahun).
6. Intimasi dan Solidaritas VS Isolasi (Early
adulthood : 20-35 th). Perkembangan
7. Generativitas VS Stagnasi/ mandeg ( middle
adulthood : 35-65 th ).
8. Integritas VS Keputusasaan (later years:
diatas 65 th).
15. Jean Piaget (1896 – 1980)
Teori Jean Piaget tentang perkembangan
kognitif tetap salah satu yang paling sering dikutip dalam psikologi, meskipun
menjadi subjek kritik yang cukup. Sementara banyak aspek teori tidak teruji
oleh waktu, namun ide intinya tetap penting hari ini: anak-anak berpikir
berbeda daripada orang dewasa.
16. Lawrence Kohlberg
Lawrence Kohlberg mengembangkan teori pengembangan
kepribadian yang berfokus pada pertumbuhan pemikiran moral. Bangunan pada
proses dua-tahap yang diusulkan oleh Piaget, Kohlberg memperluas teori untuk
meliputi enam tahapan yang berbeda. Sementara teori tersebut telah dikritik
karena beberapa alasan yang berbeda, termasuk kemungkinan bahwa ia tidak
mengakomodasi jenis kelamin yang berbeda dan budaya yang sama, teori Kohlberg
tetap penting dalam pemahaman kita tentang pengembangan kepribadian.
17. James W. Fowler (1940-sekarang)
James Fowler perkembangan konsep kepribadian
religious/kepercayaan. Indiduating-reflexive faith adalah tahap yang
dikemukakan Fawler, muncul pada masa remaja akhir yang merupakan masa yang
penting dalam perkembangan identitas keagamaan. Untuk pertama kalinya dalam
hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan religius
mereka. Sebelumnya mereka mengandalkan semuanya pada keyakinan orang tuanya.
Adapun tingkat perkembangan iman atau rohani yakni iman intuitif-projektif;
iman mitis-literal; iman sintetik-konvensional; iman individuatif-reflektif;
iman konjuktif; dan iman universal.Tahap-tahap iman tersebut menurut Fowler
dipengaruhi oleh aspek kepercayaan. Di mana kepercayaan memiliki sifat ilmiah
yang mengandung unsur empiris dalam diri manusia.
1.3 PSIKOLOGI KEPRIBADIAN SEBAGAI BIDANG STUDI
Pada tahun 1879, psikologi merupakan satu
disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dan salah satu bidang penting yang terdapat
didalamnya adalah bidang yang mempelajari manusia yang dikenal sebagai
psikologi kepribadian. Sama halnya dengan bidang psikologi yang lain, psikologi
kepribadian memberikan sumbangan yang berharga bagi pemahaman kita tentang
manusia melalui kerangka kerja yang ilmiah, yakni dengan menggunakan
konsep-konsep yang mengarah langsung dan terbuka bagi pengujian empiris serta
menggunakan metode yang valid dan memiliki ketepatan.
Yang membedakan psikologi kepribadian dengan
bidang-bidang psikologi lainnya adalah usahanya untuk mensitesiskan dan
mengintegrasikan prinsip-prinsip yang terdapat pada bidang-bidang psikologi
lain tersebut.
Peneliti kepribadian berusaha memformulasi
konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoretis yang bisa menguraikan dan
menerangkan relasi dari prinsip-prinsip yang diambil dan disatukannya. Dengan
kata lain, semua faktor yang menentukan atau mempengaruhi tingkah laku manusia
merupakan objek penelitian dan pemahaman para ahli psikologi kepribadian.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa psikologi kepribadian adalah bidang yang memiliki daerah minat yang
demikian luas di banding dengan bidang-bidang psikologi yang lainnya. Sehingga
psikologi kepribadian adalah studi yang mencakup sebagian besar bidang
psikologi. Hal ini terjadi karena tujuan utama dari studi psikologi kepribadian
adalah memahami manusia secara total ataupun menyeluruh.
1.4 SASARAN-SASARAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Salah satu ciri yang utama dari psikologi
kepribadian adalah penggunaan konsep-konsep dan metode-metode yang ilmiah dalam
upaya memahami manusia. Yang mana dengan penggunaan konsep-konsep dan metode-metode
ilmiah tersebut psikologi kepribadian bisa mencapai sasaran-sasarannya.
Sasaran-sasaran dari psikologi kepribadian adalah :
1. Memperoleh informasi mengenai tingkah laku
manusia.
2. Mendorong individu –individu agar bisa
hidup secara penuh dan memuaskan.
1.5 TEORI KEPRIBADIAN DAN FUNGSINYA
Teori kepribadian adalah sekumpulan anggapan
atau konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia
(Hall Lindzey, 1970).
Adapun fungsi-fungsi yang harus dimiliki oleh
setiap teori kepribadian adalah :
1. Fungsi Deskriptif (menguraikan atau
menerangkan)
Fungsi deskriptif ini menjadikan suatu teori
kepribadian bisa mengorganisasi dan menerangkan tingkah laku atau
kejadian-kejadian yang dialami individu secara sistematis.
2. Fungsi Prediktif (meramalkan)
Fungsi prediktif ini menjadikan suatu teori
kepribadian bisa meramalkan tingkah laku, kejadian, atau akibat-akibat yang
belum muncul pada diri individu.
1.6 EVALUASI TEORI KEPRIBADIAN
Disamping fungsi deskriptif dan fungsi
prediktif, teori kepribadian bisa dievaluasi berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu, yaitu :
1. Verifiabilitas
Kriteria verifiabilitas menekankan bahwa teori
kepribadian haruslah bertumpu pada konsep-konsep yang jelas, didefenisikan
secara eksplisit dan memiliki kaitan yang logis satu sama lain, yang
memungkinkan teori kepribadian ini bisa diverifikasi (diperiksa) oleh para
peneliti lain.
2. Nilai Heuristik
Kriteria ini mengevaluasi sampai sejauh mana
suatu teori kepribadian dapat secara langsung mengundang penelitian.
3. Konsistensi Internal
Kriteria ini menekankan bahwa suatu teori
kepribadian janganlah mengandung pertentangan didalamnya, serta teori
kepribadian tersebut bisa menerangkan tingkah laku secara konsisten.
4. Kehematan
Kriteria kehematan menekankan bahwa teori
kepribadian harus disusun berdasarkan konsep yang sesedikit mungkin, jadi,
teori kepribadian dianggap lemah apabila menggunakan konsep yang terlalun
banyak.
5. Keluasan
Kriteria keluasan (comprehensiveness) ini
menunjuk kepada bentangan dan keanekaragaman fenomena yang bisa diliput oleh
suatu teori kepribadian. Semakin luas suatu teori kepribadian, maka akan
semakin banyak pula fenomena atau dasar-dasar tingkah laku yang diungkapkannya.
6. Signifikansi Fungsi
Kriteria yang terakhir ini menekankan bahwa
teori kepribadian itu bisa dievaluasi dalam rangka kegunaannya membantu
oranng-orang dalam memahami tingkah laku manusia sehari-hari.
1.7 ARTI DAN DEFINISI KEPRIBADIAN
1. Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
Kata personalit dalam bahasa Inggris berasal
dari bahasa latin persona. Pada mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng
yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di Zaman Romawi dalam memainkan
peran-perannya. Selanjutnya, kata persona ini berubah menjadi satu istilah yang
mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok
atau masyarakatnya, yang mana individu tersebut diharapkan bisa bertingkah laku
berdasarkan gambaran sosial yang diterimanya.
Kepribadian juga sering diartikan dengan
ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu, yang menunjuk kepada
bagaimana individu tampil dan dan menimbulkan kesan bagi individu-individu
lainnya.
2. Kepribadian menurut psikologi
Terdapat beberapa defenisi kepribadian dari
beberapa ahli psikologi, diantaranya adalah :
a. George Kelly
George Kelly memandang Kepribadian sebagai
cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
b. Gordon Allport
Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai
sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah
kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
c. Sigmund Freud
Sigmund Freud mamandang kepribadian sebagai
suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego dan super ego. dan
tingkah laku menurut Freud merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga
sistem kepribadian tersebut.
1.8 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEORI
KEPRIBADIAN
1. Faktor-faktor historis masa lampau
Teori kepribadian telah dikenai pengaruh oleh
semua faktor yang mempengaruhi psikologi. Dari sekian banyak faktor historis
yang berkaitan dan menghasilkan psikologi, diantaranya terdapat empat faktor
utama yang berpengaruh langsung atas pembentukan teori kepribadian. Empat
faktor tersebut adalah :
a. Pengobatan Klinis Eropa
Pengobatan klinis Eropa dapat dikatakan
memiliki arti penting bagi teori kepribadian karena peranannya dalam
menciptakan iklim intelektual yang memungkinkan Freud mengembangkan
psikoanalisanya yang unik, yang mana teori psikoanalisa tersebut merupakan
salah satu aliran yang utama dan besar pengaruhnya dalam psikologi modern.
b. Psikometrik
Psikometrik (pengukuran psikologi) digunakan
untuk mengukur fungsi-fungsi psikologis manusia seperti kecerdasan, bakat,
minat, motif-motif dan trait-trait kepribadian.
c. Behaviorisme
Behaviorisme adalah salah satu aliran dalam
psikologi, didirikan pada tahun 1913 oleh John B. Watson (1878-1958).
Pengaruh atau peranan behaviorisme dalam
pembentukan teori kepribadian terletak pada upaya dan anjuran-anjurannya untuk
memandang dan meneliti tingkah laku secara objektif. Penelitian-penelitian yang
digunakan oleh para behavioris melalui penggunaan eksperimen sebagai metodenya
dan menggunakan hewan sebagai objek percobaannya. Hal tersebut menjadikan
behaviorisme tampil sebagai penyumbang yang besar bagi terciptanya
konsep-konsep tentang teori kepribadian yang bisa di uji ketepatannya secara
empiris, juga menciptakan teknik terapi baru yang dikenal dengan istilah
behavior therapy.
d. Psikologi Gestalt
Psikologi gestalt adalah salah satu aliran
psikologi yang didirikan pada tahun 1912 oleh Max Wertheimer (1880-1943)
bersama-sama dengan Wolfgang Kohler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1886-1941).
Yang mana ketiga tokoh tersebut berasal dari Jerman.
Prinsip utama dari psikologi gestalt adalah
prinsip bahwa suatu gejala atau fenomena harus dan hanya bisa dimengerti
sebagai suatu totalitas (keseluruhan). Prinsip ini menentang elementalisme,
yaitu paham yang mempelajari kesadaran dan tingkah laku manusia dengan cara
memecah-mecahnya ke dalam elemen-elemen atau bagian-bagian. Prinsip gestalt ini
dikenal dengan sebutan prinsip holistik dengan para tokohnya yaitu Alfred
Adler, Kurt Goldstein, Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Prinsip kedua dari psikologi gestalt adalah
prinsip bahwa fenomena adalah data yang mendasar bagi psikologi. Prinsip ini
sejalan dengan prinsip filsafat dan psikologi fenomenologi yang mengatakan
bahwa fenomena harus dilihat apa adanya, tanpa ada pengaruh atau campur tangan
apapun dari pengamat. Implikasi dari prinsip ini bisa ditemukan pada teori
kepribadian dan teknik terapi Rogers. Selain dua prinsip tersebut, masih banyak
tema penting yang terdapat pada psikologi gestalt yang menjadikan psikologi
gestalt sebagai suatu aliran yang unik dan berpengaruh. Tetapi dalam bab ini hanya
dua prinsip yang dapat dan perlu diungkapkan.
2. Faktor-faktor Kontemporer
Faktor-faktor kontemporer yang mempengaruhi
teori kepribadian itu berasal dari dalam maupun luar psikologi. Dari dalam
psikologi faktor-faktor itu muncul berupa perluasan dalam area atau bidang
studi. Contohnya seperti psikologi lintas budaya, studi tentang proses-proses
kognitif, motivasi, dll.
Dari luar psikologi, faktor kontemporer yang
berpengaruh tehadap teori kepribadian sangatllah banyak. Sebagai contoh ialah
pengaruh filsafat eksistensialisme. Yaitu aliran filsafat yang menekankan
kebebasan, penentuan diri dan keberubahan manusia ini meninggalkan jejaknya
yang nyata pada pemikiran para teoris kepribadian yang berada dibawah payung
eksistensial.
3. Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian
a. Faktor keturunan
Faktor keturunan (biologis) berpengaruh
langsung dalam pembentukan kepribadian seseorang. Beberapa factor biologis yang
penting seperti system syaraf, watak, seksual dan kelainan biologis, seperti
penyakit-penyakit tertentu.
b. Faktor lingkungan fisik (geografis)
Meliputi iklim dan bentuk muka bumi atau
topografi setempat, serta sumber-sumber alam, Faktor lingkungan fisik
(geografis) ini mempengaruhi lahirnya budaya yang berbeda pada masing-masing
masyarakat.
c. Faktor lingkungan social
1) Faktor keluarga, dimulai sejak bayi yaitu
berhubungan dengan orangtua dan saudaranya
2) Lingkungan masyarakat yang beraneka ragam.
Suatu warna yang harus ditegaskan dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota
masyarakat lainnya.
d. Faktor kebudayaan yang berbeda-beda
Perbedaan kebudayan yang berbeda-beda
.Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian
seseorang misalnya kebudayaan di daerah pantai, pegunungang, kebudayaan petani,
kebudayaan kota.
4. Kebudayaan dan Pengaruhnya terhadap
kepribadian
Ciri-ciri dan unsur-unsur kepribadian
seseorang individu dewasa sebenarnya sudah tertanam ke dalam jiwa seseorang
anak sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak melalui proses sosialisasi.
1.9 ANGGAPAN-ANGGAPAN DASAR TENTANG MANUSIA
1. Kebebasan – ketidakbebasan
Anggapan ini menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk yang bebas berkehendak, bebas mengambil sikap, dan bebas menentukan
arah dari kehidupannya. Tetapi teoris yang lain juga beranggapan bahwa manusia
merupakan organisme yang tingkah lakunya dideterminasi (ditentukan) oleh
sejumlah determinan, determinan atau penentu bagi tingkah laku manusia berada
atau berasal dari dalam manusia itu sendiri, seperti naluri-naluri atau
dorongan-dorongan
2. Rasionalitas – irasionalitas
Masalah dasar yang terdapat pada dimensi
rasionalitas – irasionalitas menyangkut seberapa besar pengaruh atau peranan
akal dari dalam diri dan tingkah laku manusia. Anggapan-anggapan ini menyatakan
bahwa manusia itu sebagai makhluk yang rasional, namun ada pula yang
beranggapan bahwa manusia itu cenderung makhluk yang irasional.
3. Holisme – Elementalisme
Prinsip holistik adalah sebuah prinsip yang
berasal dari psikologi gestalt yang menekankan bahwa suatu fenomena harus
dilihat dan hanya bisa dimengerti dalam keseluruhannya atau sebagai suatu
totalitas. Sedangkan anggapan elementalistik menekankan bahwa suatu hak hanya
bisa dipelajari dan diterangkan dengan jalan menyelidiki aspek-aspeknya secara
terpisah.
4. Konstitusionalisme – environmentalisme
Teori yang bisa dimasukkan dalam teori
kepribadian konstitusionalis adalah teori Freud mengenai naluri yang bersifat
bawaan, teori lain yang bisa masuk teori konstitusionalis ini adalah teori
Maslow dengan kebutuhan bertingkatnya..
Sementara itu, yang dimaksud dengan
environmentalisme adalah paham yang menekankan peranan lingkungan. Sebagai
contoh adalah teori yang dikemukakan oleh John Locke (1623-1704), yaitu teori
tabula rasa.
5. Berubah – tak berubah
Anggapan dasar ini menyatakan bahwa adanya
kemungkinan berubah-tidak berubahnya kepribadian individu sepanjang hidupnya,
6. Subjektivitas – objektivitas
Anggapan dasar tentang subjektivitas –
objektivitas manusia bisa dinyatakan melalui pertanyaan-pertanyaan apakah
manusia itu hidup dalam pengalaman yang personal atau subjektif dan tingkah
lakunya dipengaruhi oleh subjektifitasnya itu, atau apakah tingkah laku manusia
itu justru ditentukan oleh faktor-faktor eksternal dan objektif.
7. Proaktif – reaktif
Pandangan Proaktif – reaktif pada dasarnya
mengacu atau mempermasalahkan pada tingkah laku manusia , yang mana apakah
penyebab tingkah laku manusia itu didorong atau ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan internal (proaktif) ataukah oleh kekuatan-kekuatan eksternal
(reaktif).
8. Homeostatis – heterostatis
Konsep homeostatis menerangkan bahwa tingkah
laku manusia terutama dimotivasi atau digerakkan ke arah tegangan-tegangan
internal yang terjadi akibat ketidakseimbangan fisis, sehingga keseimbangan
bisa dicapai kembali dan terpelihara pada taraf yang optimal, sedangkan heterostatis
menekankan bahwa tingkah laku manusia itu terutama dimotivasi ke arah
pertumbuhan, pencarian stimulus, dan pengungkapan diri.
9. Dapat diketahui – tidak dapat diketahui
Anggapan ini menyatakan bahwa upaya ilmiah
(psikologi) hanya menghsilkan sedikit pengetahuan tentang manusia, tetapai ada
juga yang bertolak belakang dengan anggapan ini, mereka beranggapan bahwa
manusia akan bisa diketahui melalui upaya ilmiah karena pada dasarnya manusia
bertingkah laku seperti hukum alam yang sama dengan makhluk hidup yang la
B. TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISA
2.1 KEPRIBADIAN DALAM TEORI PSIKOANALISA
Dalam teori psikoanalisa, kperibadian
dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni
id, ego dan super ego.ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling
berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
1. Id
Id/das es adalah sistem kepribadian yang
paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem
yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur
energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-operasi atau
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan operasinya,
id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan
yang menyenangkan.
Untuk keperluan mencapai maksud dan tujuannya
itu, id mempunyai perlengkapan berupa dua macam proses, proses yang pertama
adalah tindakan-tindakan refleks, yaitu suatu bentuk tingkah laku atau tindakan
yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada individu
merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer. Yaitu suatu proses
yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Dengan proses primer ini
dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara keseluruhan) berusaha mengurangi
tegangan dengan cara membentuk bayangan dari objek yang bisa mengurangi
teganan.
2. Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak
sebagai pengarah individu kepada dunia objek tentang kenyataan, dan menjalankan
fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Menurut Freud, ego tebentuk pada struktur
kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang
dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi
tegangan oleh individu..
Ego dalam menjalankan fungsinya sebagai
perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan
keadaan lingkungan dipihak lain. Jadi, fungsi yang paling dasar ego adalah
sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.
3. Superego
Superego/das Uberich adalah sistem kepribadian
yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif
(menyangkut baik-buruk).
Adapun fungsi utama dari superego adalah :
1. Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau
impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls teresbut disalurkan dalam cara atau
bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
2. Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang
sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
3. Mendorong individu kepada kesempurnaan.
2.2 DINAMIKA KEPRIBADIAN
Freud menyatakan gagasan bahwa energy fisik
bisa diubah menjadi energy psikis, dan sebaliknya. Yang menjembatani energi
fisik dengan kepribadian adalah id dengan naluri-nalurinya.
1. Naluri
Menurut Freud, naluri atau insting adalah
representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang)
pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh.
2. macam – macam naluri
Freud berpendapat bahwa naluri-naluri yang ada
pada manusia itu ada dua macam, yaitu naluri-naluri kehidupan (life instincts)
dan naluri-naluri kematian (death instincts).
3. Penyaluran dan penggunaan energi psikis
Dalam teori Freud dinamika kepribadian terdiri
dari jalan tempat energi psikis disalurkan dan digunakan oleh id, ego dan
superego. Karena jumlah energi itu terbatas, maka diantara ketiga sistem
kepribadian tersebut hampir selalu terjadi persaingan dalam penggunaan energi.
Satu sistem ingin mengambil kendali dan ingin memperoleh lebih banyak dari pada
yang lainnya. Apabila salah satu sistem memperoleh energi lebih banyak, maka
sistem-sistem yang lain akan kekurangan energi dan akan menjadi lemah, sampai
energy baru ditambahkan kepada sistem keseluruhan.
4. Kecemasan
Freud membagi kecemasan menjadi tiga jenis,
yaitu kecemasan riel, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Kecemasan real
adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang
berasal dari dunia luar, sedangkan yang dimaksud dengan kecemasan neurotik
adalah kecemasan atas tidak terkendalikannya naluri-naluri primitif oleh ego
yang nantinya bisa mendatangkan hukuman.
Adapun yang dimaksud kecemasan moral adalah
kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego individu yang telah atau
sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.
5. Mekanisme Pertahanan Ego
Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego adalah
strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari
dorongan-dorongan id, maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan
tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.
Freud menguraikan adanya tujuh macam mekanisme
pertahanan ego, yaitu :
a. .Represi
Represi adalah mekanisme yang dilakukan oleh
ego untuk meredakan kecemasan dengan jalan menekan dorongan-dorongan atau
keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut kedalam tak sadar.
b. ublimasi
Sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang
ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan
menyesuaikan dorongan primitif id yang menjadi penyebab kecemasan kedalam
bentuk (tingkah laku) manusia yang bisa diterima dan dihargai masyarakat.
c. Proyeksi
Proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap
atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
d. Displacement
Displacement adalah pengungkapan dorongan yang
menimbulkan kecemasan pada objek atau individu yang kurang berbahaya atau
kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula.
e. Rasionalisasi
Rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu
menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan yang mengancam ego, melalui alas
an tertentu yang seakan-akan masuk akal.
f. Reaksi formasi
Reaksi formasi adalah reaksi dimana
kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan primitive agar
tidak muncul sambil secara sadar mengungkapkan tingkah laku sebaliknya.
g. Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme dimana individu
untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam, kembali kepada taraf
perkembangan yang lebih rendah serta bertingkah laku seperti ketika dia berada
dalam taraf yang lebih rendah itu.
2.3 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Teori psikoanalisa mengenai perkembangan
kepribadian berlandaskan dua premis, pertama, premis bahwa kepribadian individu
dibentuk oleh berbagai jenis pengalaman masa kanak-kanak awal. Kedua, energy
seksual (libido) ada sejak lahir dan kemudian berkembang melalui serangkaian
tahapan psikoseksual yang bersumber pada proses-proses naluriah organism.
Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat
tiga fase atau tahapan perkembangan psikoseksual yang kesemuanya menentukan
bagi pembentukan kepribadian. Tiga fase tersebut adalah :
1. Fase Oral
Fase oral adalah fase pertama yang berlangsung
pada perkembangan kehidupan individu. pada fase ini, daerah erogen yang paling
penting dan paling peka adalah mulut.yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan
dasar akan makanan atau minuman. Stimulasi atau perangsangan atas mulut
merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
2. Fase Anal
Fase anal dimulai dari tahun kedua sampai
tahun ketiga kehidupan. Pada fase ini energy liibidal dialihkan dari mulut ke
daerah dubur,serta kesenangan dan kepuasan diperoleh dengan tindakan
mempermainkan atau menahan kotoran (faeces). Pada fase ini pula, seorang anak
diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan yang disebut toilet training.
3. Fase Falik
Fase falik ini berlangsung pada tahun keempat
atau kelima, yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari
daerah dubur kedaerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik pada alat
kelaminnya sendiri dan mempermainkannya dengan maksud untuk memperoleh kepuasan
lainnya.
2.4 VALIDASI EMPIRIS ATAS KONSEP-KONSEP
PSIKOANALISA
Dalam pembahasan berikut, akan diungkapkan
beberapa penelitian yang dilakukan dalam rangka menguji validitas konsep-konsep
psikoanalisa. Penelitian-penelitian tersebut adalah :
1. Penelitian mengenai represi.
2. Kompleks kastrasi dan penis envy dalam
mimpi.
3. Humor dan tertawa.
4. Pemilihan anak laki-laki versus anak
perempuan.
2.5 PENERAPAN PSIKOANALISA DALAM PSIKOTERAPI
1. Penggunaan Asosiasi Bebas
Dengan menggunakan asosiasi bebas, pasien
didorong untuk melepaskan seluruh refleksi kesadarannya, mengikuti pemikiran
dan perasaannya secara spontan. Sehingga pengungkapan hal-hal yang terlintas
dalam pikiran pasien tersebut berjalan dengan lancar.
Asosiasi bebas bertumpu pada anggapan bahwa
satu asosiasi mengarahkan pada hal-hal lain yang terdapat jauh dialam tak
sadar. Asosiasi yang diucapkan oleh pasien ditafsirkan sebagai pengungkapan
tersamar atau berkedok dari pemikiran atau perasaan yang direpres.
2. Analisis Mimpi
Freud memandang mimpi sebagai jalan utama
menuju kea lam tak sadar karena dia melihat isi mimpi ditentukan oleh
keinginan-keinginan yang direpres. Mimpi juga bisa ditafsirkan sebagai pemuasan
simbolis dari keinginan-keinginan, dan isinya sebagian merefleksikan
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal.
3. Analisis Transferensi
Transferensi adalah fenomena saat pasien
menggunakan mekanisme pertahanan ego, dimana impuls tak sadar dialihkan
sasarannya dari objek satu ke objek lainnya.
Dalam fenomena transferensi, pasien akan
mengalami neurosis transferensi, dimana neurosis transferensi ini membantu
memperoleh pemahaman atas cara-cara pasien dalam mengamati, merasakan dan
bereaksi terhadap figur orang-orang yang berarti pada awal kehidupannya.
4. Reedukasi
Reedukasi bukanlah suatu teknik terapi
psikoanalisa, melainkan suatu upaya mendorong pasien agar memperoleh pemahaman
baru atas kehidupan yang dijalaninya. Reedukasi ini dilakukan pada tahap akhir
dari terapi.
C. TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORSME
3.1 PENDEKATAN PSIKOLOGI SKINNER
1. Tentang Otonomi Manusia
Skinner menolak seluruh penguraian tingkah
laku yang didasarkan pada keberadaan agen hipotesis yang terdapat dan
menentukan diri manusia seperti self, ego dan sebagainya. Menurut Skinner
mekanisme mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemikiran animisme.
Skinner menentang anggapan mengenai adanya “agen internal” dalam diri manusia
yang menjadikan manusia memiliki otonomi atau kemandirian dalam bertingkah
laku.
Keberadaan manusia otonom itu bergantung pada
pengetahuan kita, dan dengan sendirinya akan kehilangan status dan tidak
diperlukan lagi apabila kita mengetahui lebih banyak tentang tingkah laku.
Skinner berpendapat bahwa kita tidak perlu mencoba untuk menemukan apa itu
kepribadian, keadaan jiwa, perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran atau
prasyarat-prasyarat lain dari manusia otonom dalam rangka memperoleh pemahaman
mengenai tingkah laku manusia.
2. Penolakan atas penguraian
fisiologis-genetik
Skinner tidak percaya bahwa jawaban akhir dari
pertanyaan-pertanyaan psikologi akan bisa ditemukan dalam laboratorium ahli
fisiologi. Penolakan Skinner atas penguraian atau konsepsi-konsepsi
fisiologis-genetik dari tingkah laku itu sebagian besar berlandaskan alasan
bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol tingkah laku.
3. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tingkah
laku
Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku
ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dibawa kedalam kontrol
lingkungan atau bisa dikendalikan. Menurut Skinner, ilmu pengetauan tentang
tingkah laku manusia, yakni psikologi, pada dasarnya tidak berbeda dengan ilmu
pengetahuan lainnya yang berorientasi kepada data yang bertujuan untuk
meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajri (dalam psikologi Skinner,
fenomena yang dipelajari adalah tingkah laku).
4. Kepribadian menurut perspektif behviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme
yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah
agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point dimana
faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan
akibat atau tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner, studi tentang kepribadian
ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku
organism dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
3.2 PENGONDISIAN OPERAN
Skinner membedakan dua tipe respons tingkah
laku, yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden
adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal,
dan stimulus itu selalu mendahului respons.
Tingkah laku responden yang tarafnya lebih
tinggi, dimiliki oleh individu melalui belajar dan bisa dikondisikan.
1. Mencatat tingkah laku operant
Skinner beranggapan bahwa hukum-hukum
fungsional dari tingkah laku paling baik dikembangkan dengan memusatkan pada
faktor-faktor yang meningkatkan dan atau mengurangi probabilitas kemunculan
respons dilain waktu dari pada menciptakan stimulus spesifik yang memacu
respons.
Dalam pengondisian operant, tingkah laku
organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Karena
sumber data psikologi yang paling berarti adalah tingkatan merespon dari
organisme (jumlah respon yang dihasilkan dari waktu tertentu).
Pengondisian operan ini memungkinkan peneliti
bisa menguji atau memeriksa bagaimana variabel-variabel (penguatan atau
hukuman) mengetahui tingkah laku operan dalam periode yang diperpanjang.
2. Jadwal perkuatan
Inti dari pengondisian operan menunjukkan
bahwa tingkah laku yang diberi penguatan akan cenderung diulang. Sebaliknya,
tingkah laku yang tidak diberi penguatan
Selanjutnya, yang dimaksud dengan jadwal
perkuatan itu sendiri adalah aturan yang menentukan dalam keadaan bagaimana
atau kapan perkuatan-perkuatan akan disampaikan
Dalam system Skinner, terdapat beberapa jadwal
perkuatan yang bebeda, yang kesemuanya bisa dikategorikan menurut dua dimensi
dasar, yaitu :
a. Perkuatan yang diberikan hanya setelah
organisme melalui interval waktu (disebut jadwal perkuatan interval).
b. Perkuatan yang diberikan hanya setelah
organisme menunjukkan sebuah respons (disebut jadwaL perkuatan perimbangan).
3. Tingkah laku takhyul
Pengondisian operan ini diantarai oleh
kausal-temporal antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang
dihasilkannya. Tetapi sering terjadi kaitan antara respons dan hasil yang
mengikutinya muncul semata-mata karena kebetulan.
Tingkah laku yang disandarkan pada hubungan
respon perkuatan kebetulan itu disebut juga tingkah laku takhyul. Menurut
Skinner, tingkah laku takhyul akan muncul dalam keadaan individu percaya bahwa
tingkah laku tertentu yang diungkapkannya merupakan penyebab dari kejadian yang
telah dan akan dialaminya.
Skinner juga mengemukakan bahwa tingkah laku
takhyul itu tidak hanya merupakan hasil dari pengalaman pribadi atau kisah
pengondisian individual, melainkan banyak diantaranya yang berasal dari
pengalaman bersama dan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4. Shaping
Shaping adalah pembentukan suatu respons
melalui pemberian perkuatan atas respons-respons lain yang mengarah atau
mendekati respons yang ingin dibentuk itu. Dengan demikian, peneliti bisa
mpemperpendek waktu yang bisa diperlukan untuk mengondisikan respons, dan bisa
juga meningkatkan rentang dari tungkah laku operan yang tidak bisa dicapai
melalui pengondisian standar yang kaku.
5. Pemerkuat sekunder
Skinner berpendapat bahwa pemerkuat itu
terdiri dari dua jenis, yakni pemerkuat primer dan pemerkuat sekunder.
Pemerkuat primer (pemerkuat tak berkondisi) adalah kejadian atau objek yang
memiliki sifat memperkuat secara inheren. Sedangkan pemerkuat sekunder adalah
hal, kejadian atau objek yang memiliki nilai pemerkuat respons melalui kaitan
yang erat dengan pemerkuat primer berdasarkan pengalaman pengondisian atas
proses belajar pada organisme. Perubahan kecil dalam prosedur standar
pengondisian operan menunjukkan bagaimana stimulus netral bisa memperoleh daya
atau nilai pemeerkuat bagi suatu tingkah laku. Halm yang paling penting bagi
pemerkuat sekunder adalah kecenderungannya untuk digeneralisasikan apabila
dipasangkan dengan lebih dari satu pemerkuat primer.
Skinner menyatakan bahwa pemerkuat sekunder
memang memiliki daya yang besar bagi pembentukan dan pengendalian tingkah laku.
Tetapi, karena masing-masing individu mempunya pengalaman yang berbeda, maka
nilai pemerkuat sekunder itu belum tentu sama bagi semua orang.
6. Penggunaan stimulus aversif
Stimulus aversif adalah stimulus yang tidak
menyenangkan, tidak diharaokan dan selalu dihindari oleh organisme. Skinner
menyebutkan bahwa ada dua metode yang berbeda sehubungan dengan penggunaan
stimulus aversif ini, yakni pemberian hukuman (punishment) dan perkuatan
negatif
7. Generalisasi dan diskriminasi stimulus.
Generaslisasi stimulus adalah kecenderungan
untuk terulang atau meluasnya tingkah laku yang diperkuat dari satu situasi
stimulus ke dalam situasi stimulus yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
diskriminasi stimulus adalah suatu proses belajar bagaimana merespons secara
tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda.
3.3 VALIDASI EMPIRIS ATAS TEORI BELAJAR
SKINNER
Validasi empiris atas teori belajar Skinner
bisa diketahui dari berbagai pendapat Skinner, meliputi :
1. Metode penelitian Skinner
2. Terapi tingkah laku, dan
3. Penanggungan masalah perkawinan
3.4 PENERAPAN: DUNIA SEBAGAI KOTAK SKINNER
1. Teknologi tingkah laku
Menurut Skinner, seluruh masalah utama yang
dihadapi dunia modern dewasa ini adalah menyangkut tingkah laku manusia. Yang
mana masalah tersebut tidak akan bisa teratasi jika hanya mengandalkan fisika
atau kimia. Yang dibutuhkan justru teknologi tingkah laku. Dengan kata lain,
untuk memahami tingkah laku manusia kita harus melihat faktor-faktor penyebab
yang sesungguhnya, yaitu faktor lingkungan.
Skinner beranggapan bahwa sifat-sifat atau
gambaran-gambaran dari manusia otonom yang paling menghambat atas terbentuknya
teknologi tingkah laku adalah “kebebasan dan kemuliaan:
2. Kebebasan
Menurut Skinner manusia dan kemanusiaan tidak
akan sepenuhnya lepas dari kendali lingkungan, melainkan hanya lepas dari
pengendali-pengendali tertentu. Untuk memperbaiki keadaan manusia, manusia itu
sendiri harus menghentikan usaha pencarian kebabasan yang sia-sia, dan
memusatkan perhatian ilmiah kepada perubahan drastis dari struktur-struktur
sosial.
3. Kemuliaan
Konsep mengenai kemuliaan manusia (human
dignity) adalah menyangkut penghormatan dan pemeliharaan martabat manusia.
Menurut Freud penganut konsep tersebut menentang kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tingkah laku, sebab mereka dihambat oleh ilusi mengenai kemuliaan dan
tanggung jawab manusia otonom itu. Oleh karena itu konsep kemuliaan menghambat
kemajuan manusia. Dan jika kita ingin membangun konsep dunia versi skinner,
konsep kemuliaan harus dibuang bersama konsep kebebasan.
4. Hukuman
Skinner menentang hukuman tidak hanya karena
hukuman itu berasal dari konsep yang keliru mengenai tingkah laku manusia.
Tetapi juga hukuman itu bersifat tidak efektif. Selain itu, menurut Skinner
bahwa salah satu tugas utama kita adalah membuat kehidupan kurang dari hukuman
dengan merancang masyarakat yang tidak perlu menggunakan hukuman sebagai
pengendali tingkah laku para anggotanya.
5. Alternatif dari Hukuman
Skinner menyatakan bahwa alternatif-alternatif
lain dari hukuman itu tidak efektif. Selain itu alternatif lain dari hukuman
dipraktekkan secara kaku. Alternatif-alternatif itu menurut Skinner antara lain
permissiveness, bimbingan dan metode “mengubah pikiran”. Permissiveness atau
kebijakan membiarkan adalah cara yang tidak efektif disebabkan kebijakan
semacam ini meninggalkan aspek-aspek lain dari pengendalian lingkungan.
6. Nilai-nilai
Menurut Skinner, memutuskan atau menilai suatu
hal sebagai baik atau buruk mengandung arti mengklasifikasikan suatu hal
tersebut ke dalam rangka efek-efek memperkuatnya. Tegasnya, sesuatu yang baik
adalah sesuatu yang memperkuat secara positif. Sedangkan sesuatu itu dikatakan
buruk apabila memperkuat secara negatif. Sasaran umum yang dimaksud Skinner
dalam hal ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang seimbang. Dimana
masing-kmasing orang diperkuat atau memperoleh perkuatan secara maksimal.
7. Evolusi Kebudayaan
Penciptaan utopia behaviorisme menuntut
pemahaman mengenai bagaimana kebudayaan-kebudayaan atau lingkungan-lingkungan
sosial berkembang. Menurut Skinner, peranan teknologi tingkah laku dalam
pemeliharaan kelangsungan kebudayaan itu adalah membantu percepatan evolusi
kebudayaan.
8. Perancangan kebudayaan
Skinner mangajukan gagasan tentang perancangan
kebudayaan menurut prinsip behaviorisme. Menurut Skinner, kebudayaan mirip
dengan kotak eksperimen yang sering ia gunakan dalam penyelidikan tingkah laku.
Karena pada keduanya terdapat keniscayaan-keniscayaan dari perkuatan. Skinner
juga beranggapan bahwa, rancangan kebudayaan ilmiah itu hanyalah satu cara dari
kita untuk memelihara kelangsungan kebudayaan dan kehidupan kita sendiri.
Kebudayaan kita, yang telah menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu
menyelamatkan dan diselamatkan pengelolanya melalui tindakan-tindakan yang
efektif
9. Penghapusan konsep manusia otonom.
Skinner menegaskan perlunya penghapusan konsep
manusia otonom, karena keberadaan manusia otonom berikut atribut-atribut
mentalnya sangan kabur, menurut Skinner, pada gilirannya konsep manusia otonom
itu setahap demi setahap harus dihapuskan dan digantikan oleh konsep dan upaya
pengendalian tingkah laku.
D. TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK
4.1 EKSISTENSIALISME DAN PSIKOLOGI HUMANISTIK
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang
mempermasalahkan manusia sebagai individu yang dan sebagai problema yang unik
dengan keberasaannya. Menurut aliran eksistensialisme, manusia adalah hal
yang-mengada-dalam dunia (being in the word) dan menyadari penuh akan
keberadaannya.
Para filsuf eksistensialisme percaya bahwa
setiap individu mengalami kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri
nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan
keberadaannya itu. Sejumlah tokoh dari eksistensialisme ini adalah Soren
Kierkegarrd, Nietzsche, Karls Jaspers, Martin Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty,
Camus, Binswanger, Medard Boss dan Viktor Frankl.
Eksistensialisme ini menarik bagi para ahli
psikologi humanistik. Para ahli humanistic pun menekankan bahwa individu adalah
penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang
sadar, beabas meilih atau menentukan setiap tindakannya.
Konsep penting lainnya bagi psikologi
humanistik yang diambil dari eksistensialisme adalah konsep kemenjadian
(becoming). Menurut konsep ini, manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam
proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya.
4.2 AJARAN-AJARAN DASAR PSIKOLOGI HUMANISTIK
1. Individu sebagai keseluruhan yang integral
Salah satu aspek yang fundamental dari
psikologi humanistik adalah ajarannya bahwa manusia atau individu harus
dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas dan terorganisasi.
2. Ketidakrelevanan penyelidikan dengan hewan
Para psikologi humanistic mengingatkan tentang
adanya perbedaan antara manusia dengan hewan. Maslow menegaskan bahwa
penyelidikan manusia dengan hewan tidak relevan bagi upaya memahami tingkah
laku manusia karena mengabaikan ciri-ciri yang khas pada manusia.
3. Pembawaan baik manusia
Psikologi humanistik memiliki anggapan bahwa
manusia itu pada dasarnya adalah baik. Kekuatan jahat atau merusak yang ada
pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk, bukan merupakan
bawaan.
4. Potensi kreatif manusia
Salah satu prinsip dari psikologi humanistic
adalah bahwa potesnsi kreatif merupakan potensi umum yang ada pada manusia.
Maslow juga menemukan bahwa kebanyakan orang yang kehilangan kreativitasnya
menjadikan mereka ”tak berbudaya”
5. Penekanan pada kesehatan psikologis
Psikologi humanistik memandang
self-fulfillment sebagai tema yang utama dalam hidup manusia. Suatu tema yang
tidak akan ditemukan pada teori lain yang berlandaskan studi atas individu yang
mengalami gangguan.
4.3 TEORI KEBUTUHAN BERTINGKAT
Menurut maslow, bagi manusia kepuasan itu
bersifat sementara. Jika suatu kebutuhan telah terpuaskan, maka
kebutuhan-kebutuhan lain akan menutut pemuasa,. begitu setersunya. Berdasarkan
ciri demikian, Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang ada pada manusia
adalah merupakan bawaan dan tersusun menurut tingkatan (bertingkat). Kebutuhan
yang tersusun bertingkat itu dirinci kedalam lima tingkat kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan cinta dan memiliki
4. Kebutuhan akan rasa harga diri, dan
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Menurur Maslow, ke butuhan yang ada di tingkat
dasar pemuasannya lebih mendesak dari pada kebutuhan yang ada di atasnya.
Susunan kebutuhan dasar yang bertingkat itu merupakan organisasi yang mendasari
manusia. Dengan melihat kebutuhan individu tersebut, kita bisa melihat kualitas
perkembangan kepribadian individu tersebut. Semakin individu itu mampu
memuaskan kebutuhannya yang tinggi, maka individu itu akan semakin semakin
mampu mencapai individualitas, matang dan berjiwa sehat.
Maslow mengingatkan bahwa dalam pemuasan
kebutuhan itu tidak sselalu kebutuhan yang ada di bawah lebih penting atau
didahulukan dari kebutuhan yang ada diatasnya. Tetapi tentu saja hal tersebut
merupakan suatu kekecualian, karena secara umum kebutuhan yang lebih rendah
pemuasannya lebih mendesak dari pada kiebutuhan yang lebih tinggi.
4.4 MOTIF KEKURANGAN DAN MOTIF PERTUMBUHAN
Maslow membagi motif-motif manusia kedalam dua
kategori, yakni motif kekurangan (deficite motive) dan motif pertumbuhan
(growth motive). Motif-motif kekurangan menyangkut kebutuhan fisiologis dan
rasa aman.. sasaran utama dari motif kekurangan ini adalah mengatasi
peningkatan tegangan organismik yang dihasilkan oleh keadaan kekurangan.
Motif-motif kekurangan ini menjadi penentu yang mendesak bagi tingkah laku
individu. ia mengajukan lima criteria atau ciri dari motof kekurangan, yakni :
1. Ketiadaan pemuasnya membuat sakit
2. Adanya atau kehadiran pemuasnya mencegah
sakit
3. Perbaikan atau pengadaan pemuasnya
meyembuhkan sakit
4. Di bawah kondisi memilih, pemenuhan motif
kekurangan akan diutamakan
5. Motif-motif kekurangan tidak begitu dominan
pada orang sehat
Berbeda dengan motif kekurangan, motif
pertumbuhan adalah motif yang mendorong individu untuk mengungkapkan
potensi-potensinya. Arah dari motif pertumbuhan ini adalah memperkaya kehidupan
dengan memperbanyak belajar dan pengalaman dan karenanya juga member semangat
hidup.
Maslow mengemukakan bahwa motif-motif
pertumbuhan pada manusia adalah nalurian dan inheran. Karena itu motif
pertumbuhan harus terpuaskan apabila kesehatan psikologis ingin terpelihara dan
perkembangan yang maksimal ingin dicapai.jika tidak terpuaskan, maka individu
tersebut akan sakit secara “psikologi”, “penyakit” tersebut oleh Maslow disebut
metapatologi.
Di bawah ini adalah tabel penjelasan dari
motif-motif pertumbuhan dan bentuk-bentuk metapatologi yang mungkin muncul.
Motif pertumbuhan Metapatologi
• Kebenaran
• Keindahan
• Keunikan
• Kesempurnaan
• Keadilan
• Semangat
• Kebajikan
• Kesederhanaan
o Kehilangan kepercayaan, sinisme,
ekeptisisme.
o Kekasaran, kehilangan rasa keindahan,
kesuraman.
o Kehilangan rasa diri dan individualitas.
o Ketidakberdayaan, kekacauan,
ketidakterkendalikan.
o Ketidakadilan, egosentrisme, sinisme.
o Kehilangan semangat hidup, depresi.
o Kebencian, kejijikan, pementingan diri
sendiri.
o Keruwetan, kebingungan, kekalapan,
kehilangan orientasi.
4.5 VALIDASI EMPIRIS ATAS TEORI KEPRIBADIAN
MASLOW
Usaha-usaha untuk menguji atau membuktikan
teori Maslow, terutama dipusatkan pada dua konsep, yaitu :
1. Pengujian atas konsep kebutuhan bertingkat
2. Pengukura n dan alat ukur aktualisasi diri
Perhatian dan usaha empiris hanya ditujukan
kepada kedua konsep tersebut karena keduanya telah member sumbangan yang besar
terhadap psikologi dan teori kepribadian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar