Kamis, 26 Desember 2013

MATA KULIAH ANTROPOLOGI (EVOLUSI MANUSIA)

EVOLUSI MANUSIA
  1. Definisi
Evolusi bisa di definisikan sebagai suatu perubahan atau perkembangan, seperti perubahan dari sederhana menjadi kompleks. Perubahan itu biasanya di anggap lamban laun. paradigma yang berkaitan dengan konsep evolusi tersebut adalah evolusioanisme yang berarti cara pandang yang menekankan perubahan lambat laun menjadi lebih baik atau lebih maju dari sederhana ke kompleks (Achmad, 2005: 99).
Evolusi adalah perubahan dan perkembangan mahkluk hidup dari waktu ke waktu (marhijanto, 1999: 112)
Melalui sudut pandang ilmiah dan evalolusioner, berpegang pada asumsi bahwa manusia mewakili tahap-tahap dalam evolusi kehidupan. Evolusi biologis atau evolusi organik merupakan proses perkembangan segala bentuk kehidupan. Teori evolusi organik mengtakan bahwa tumbuh-tumbuhan dan binatang yang kita lihat sekarang ini adalah keturunan dari nenek moyang yang keadaanya lebih sederhana. Nenek moyang itu merupakan keturunan nenek moyang mereka yang jauh lebih sederhana, yang hidup beberapa juta tahun sebelumnya kehidupan. Pada umumnya teori ini mengatakan bahwa kehidupan berasal dari sederhana menuju ke bentuk lebih tinggi (Bambang, 2000: 18).
Terdapat empat kekuatan utama evolusi, yakni: mutasi, seleksi, hybridiasi, dan penyimpangan genetika (2000: 21).
  1. Mutasi adalah modifikasi, baik fisik maupun kimiawi, dalam struktur dalam gen, hal ini di ketahui berasal dari dua macam sumber yang umum yakni sumber internal dan eksternal. Modifikasi internal mungkin sebagai kerja  dari biokimiawi, atau penyusunan ulang fisik. Sumber eksternal mutasi mungkin dapat di jelaskan karena pengaruh dari luar seperti tradisi nuklir, sinar x, beta, gama dan agen-agen seperti bentuk-bentuk Nitrogen dan banyak lainnya.
  2. Seleksi (seleksi alam). adalah proses di mana adaptasi dapat di capai. Seleksi tidak pernah di pandang punya arti terlepas dari lingkungan karena hal ini merupakan proses di mana populasi menyesuaikan diri terhadap lingkungan khusus.
  3. Hybridasi adalah hasil dari kombinasi genetika baru melalui persilangan, terjadi hampir pada kebanyakan spesies hidup termaksuk manusia modern. Hybridasi meningkatkan variasi genetik.
  4. Penyimpangan genetik adalah proses di mana frekuensi gen berubah karena adanya kesempatan. Kecepatan di mana perubahan demikian itu terjadi kebanyakan tergantung pada ukuran populasi. Pada umumnya semangkin kecil populasi maka semangkin besar kecepatan perubahan pada frekuensi yang demikian itu dan semangkin ekstrem dampaknya terhadap susunan genetik dari populasi.

  1. Makhluk manusia di antara makhkuk-makhluk lain
Dari sudut biologi, manusia hanya satu di antara lebih dari sejuta jenis mahkluk yang pernah atau masih hidup di dunia. Pada pertengahan abad ke-19 ahli biologi bernama C. Darwin mengumumkan pendirian (proposisi) tentang proses biologi, yang mengatakan bahwa bentuk-bentuk mahkluk hidup tertua adalah mahkluk bersel satu yang sangat sederhana, yaitu antara lain protozoa. Dalam waktu puluhan juta tahun kemudian berkembang berbagai bentuk kehidupan, yaitu mahkluk-mahkluk yang memiliki organisme yang makin lama makin kompleks. (koentjaraningrat, 2005: 41).
Seperti hanya beribu jenis mahkluk lain, mahkluk manusia menyusui keturunannya, dan berdasarkan ciri itulah manusia di kelaskan bersama mahkuk-mahkluk tersebut di dalam golongan binatang menyusui, atau mamalia. Dalam kelas mamalia ini terdapat suatu sub-golongan  di sebut suku.
 Suku primat terbagi ke dalam dua sub-suku, yaitu prosimii, dan anthropoid. Para ahli biologi menempatkan manusia ke dalam sub-suku anthropoid, yang kemudian masih di bagi infrasuku, yaitu ceboid, cercopithecoid dan hominoid. Dalam infrasuku ceboid termaksuk semua jenis kera, baik yang telah punah maupun yang sampai sekarang masih hidup di daerah khatulistiwa, khususnya di benua Amerika. Infrasuku cercopithecoid termaksuk semua jenis kera, baik yang telah punah  maupun sekarang  masih hidup di kawasan tropis benua Asia dan Afrika. Dan dalam infrasuku Hominoid termaksuk semua jenis kera besar dan manusia. Dalam infrasuku ini kemudian secara khusus dibagi ke dalam dua keluarga, yaitu Pongidae dan Hominidae. Keluarga Pongidae adalah beberapa jenis kera besar yang hidupnya terutama di daerah Asia dan Afrika. (misalnya, kera gibbon, orang utan, simpanse, gorilla). Sedangkan keluarga hominidae adalah manusia purba Pithecanthropus  dan homo Neandertal serta manusia sekarang ini yang juga homo sapiens. (2005: 42)

  1. Evolusi Ciri-Ciri Biologi
Sumber ciri-ciri organisme fisik. Para ahli menjelaskan bahwa ciri biologi itu berada di dalam “gen”, dari setiap organisme, baik bersel satu maupun organisme mahkluk kera dan manusia yang terdiri dari beberapa triliun sel. Pada mahkluk yang organisme-nya kompleks (misalnya kera dan manusia), sel-sel yang membentuk tubuhnya hampir berjumlah lebih dari 10 triliun, yang masing-masing berbeda fungsi dan tugasnya dalam organisme. Walupun demikian, tiap sel memiliki inti yang sama. Inti sel manusia, misalnya,  terdiri dari 46 bagian yang mirip ulat-ulat kecil yang terdiri dari serat-serat  berspiral, di sebut kromoson. Pada kromoson-kromoson inilah terletak beribu-ribu pusat kekuatan dengan berbagai macam struktur biokimia yang khas, yang menybabkan suatu ciri yang khusus yang dimiliki organisme yang bersangkutan. Satu pusat kekuatan  seperti itulah yang di sebut dengan gen. satu gen, atau kombinasi dari beberapa gen , mnenjadi penyebab dari satu ciri lahir dari organisme, sedang gen lainya penyebab dari beberapa ciri lahir. (2005: 42-43).
Mahkluk primat pendahulu manusia kira-kira satu abad yang lalu, teka-teki mengenai nenek-moyang manusia ini di yakini dapat terpecahkan apabila orang telah berhasil menemukan fosil-fosil dari mahkluk yang merupakan penghubung (missing link) antara kera dan mahkluk manusia dalam silsilah kehidupan mahkluk manusia di muka bumi.  Dengan adanya penelitian paleoantropologi pada awal abad ke-20 ini sekarang sudah ada suatu pendirian yang kucup mantap mengenai mahkluk induk ini. Mahkluk primat yang semula di anggab sebagai mahkluk yang menurunkan manusia dan jenis kera besar, seperti orang utan, gorilla dan sebagainya antara lain di temukan fosil rahang bawahnya di saint-gaudens (perancis selatan) yang di beri nama Drypithecus.
Di dalam sel sperma berpadu dengan sel telur, maka terbentuklah suatu sel buah, atau zygote. Melalui proses mitosis, dari zygote itu akan muncul seluruh tubuh organisme yang baru. Proses mitosis bagi semua sel itu sama, kecuali pada sel gamete, yaitu sel-sel sperma pada pria dan sel-sel telur pada wanita. Pembentukan sel-sel baru tidak terjadi melalui pembelahan kromoson , melainkan melalui pemisahan dari ke-46 kromoson dari 23 kromoson, dan masuk ke dalam dua sel kelamin yang berbeda. Saat itu merupakan saat yang sangat penting, karena jumlah gen yang menentukan berbagai ciri organisme yang akan masuk ke dalam sel kelamin A dan A1,  akan terjadi secara kebetulan belaka. Oleh karena itu dapat di pahami bahwa hanya sebagian dari ciri-ciri ayah yang secara kebetulan berada dalam sel telur yang di buahi, menjadi bahan bagi pembetukan organisme yang baru itu. Dari ciri-ciri ayah dan ibu yang kebetulan terdapat dalam dalam sel-sel kelamin itu juga tidak semua akan tampak lahir dalam organisme yang baru, karena hanya ciri-ciri  pada  gen yang kuat (dominan) saja yang akan tampak, sedang ciri-ciri pada gen yang kuat (resesif), tidak. apabila misalnya, ayah mempunyai gen untuk rambut keriting yang dominan, tetapi ibu mempunyai gen rambut kejur resesif, maka anak akan mempunyai rambut keriting.  Dengan demikian, anggapan popular yang mengira bahwa kalau rambut keriting dari ayah bercampur dengan rambut kejur dari ibu, maka anak akan mendapat keriting-kejur. Ini adalah anggapan yang salah.
Perubahan dalam proses keturunan. Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa suatu ciri berasal dari seorang nenek- moyang tertentu tidak dapat “bercampur”. Ciri-ciri yang ada selalu tetap tersimpan di dalam gen yang di turunkan dan di sebarkan kepada berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus angkatan berikutnya, karena adanya kekuatan dari gen lain yang dominan, yang menyebabkan bahwa ciri-ciri tersebut tidak muncul. Walaupun dalam kenyataan kita melihat bahwa dalam proses pengembangbiakannya, nenek moyang lama kelamaan memperlihatkan perbedaan-perbedaan ciri.

  1. Perubahan Ciri Biologi dalam Proses Keturunan
Dari analisis di lakukan para ahli, munculnya bentuk mahkluk baru adalah akibat percabangan dari bentuk mahkluk sebelumnya. Percabangan ini secara khusus menampilkan bentuk dari organisme sebelumnya, tumbuh dan berkembang biak sampai pada beberapa generasi sesudahnya. Bahkan, tidak jarang muncul suatu mahkluk baru yang secara fisik berbeda dari mahkluk lainnya (Gede, 2002: 40).
  1. Proses Mutasi
Proses mutasi adalah proses yang berasal dari dalam tubuh organisme. Suatu kondisi penerusan keturunan yang telah berabad-abad lamanya, dalam penerusan keturunannya terbentuk penyimpangan genetis dalam zygote-nya. Akibatnya, individu yang kemudian lahir muncul dengan ciri tubuh yang berbeda dengan induknya dalam proses penerusan keturunan selanjudnya, mahkluk baru ini beranak-anak sehingga yang kemudian berkembang adalah mahkluk baru dengan ciri-ciri yang telah berubah dengan induknya.
  1. Proses Seleksi Alamiah dan Adaptasi
Dalam frekuensi gen dengan sifat-sifat yang merugikan atau kurang dapat menyesuaikan diri menjadi lebih kecil dan frekuensi gen dengan sifat-sifat adaptif akan bertambah besar. Dari waktu ke waktu individu yang tidak bertahan akan semangkin berkurang jumlahnya, bahkan ada kecendrungan akan punah. Populasi yang tidak punah biasanya menjadi lebih cocok dengan lingkungannya. Mahkluk yang dapat bertahan hidup dialah yang mampu melahirkan keturunannya dan memperkembangkan jenisnya. Akibatnya, individu generasi berikutnya bertahan dengan ciri spesies yang baru.
  1. Proses Menghilangkan Gen Secara Kebetulan
Proses menghilangkannya gen secara kebetulan juga dikenal dengan proses penyimpangan genetis. Proses ini terjadi pada suatu mahkluk dan memang benar-benar secara kebetulan belaka (random genetic driff). Peristiwa ini sering muncul dalam rangka sejarah politik migrasi suatu bangsa. Misalnya berkumpulnya orang-orang berambut lurus, tetapi pembawa sifat rambut keriting. Dalam perkembangan selanjudnya akibat sebagian anggota masyarakatnya tercerai-berai, tidak ada kelompok berambut keriting atau pembawa sifat rambut keriting. Akhirnya penerusan keturunan hanya berlangsung dalam kelompok manusia berambut lurus. Dalam beberapa generasi sifat rambut kerintingnya akan musnah dan akan muncul rambut lurus tanpa pembawa sifat rambut keriting sama sekali.

  1. Evolusi Primat dan Manusia
Proses percabangan mahluk primat, manusia adalah suatu jenis makhluk primat yang telah bercabang melalui proses evolusi. Soal asal-mula dan proses evolusi manusia serta khusus dipelajari dan di teliti oleh sub-ilmu dari antropologi biologi, yakni ilmu paleoantropologi, yang menggunakan fosil manusia yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi selama berabad-abad, sebagai bahan penelitian. Namun karena manusia merupakan suatu cabang yang termuda dari mahkluk primat pada umumnya.
Dari hasil penelitian terakhir, mahkluk pertama dari suku primat muncul sebagai percabangan dari mahkluk mamalia (binatang menyusui) sekitar 70 juta tahun yang lalu, dalam paleosen tua. Mahkluk primat induk itu kemudian bercabang lagi ke dalam berbagai sub-suku dan infrasuku khusus, suatu proses yang juga memakan waktu lama sekali, sehingga antara lain terjadi percabangan-percabangan yang masing-masing menghasilkan keluarga kera-kera pongid (kera-kera besar) dan keluarga hominid, yang merupakan “Nenek Moyang” manusia.
Dalam proses mahkluk evolusi makhluk hidup di perkirakan telah terjadi sedikitnya lima proses percabangan  yang tertua terjadi sekitar 30 juta tahun yang lalu dalam kala eason akhir, yang mengevaluasi kera gibbon. Cabang yang muncul kemudian, yaitu pada awal kala miosen sekitar 20 juta tahun yang lalu, adalah orang utan (pongopygmeus) di Afrika timur pada waktu itu lebih dekat pada asia selatan. Kawasan Afrika timur pada waktu itu masih tertutup hutan rimba seperti halnya kawasan Asia selatan sekarang dan belum berupa sabana dengan gerombolan-gerombolan hutan di sana-sini seperti sekarang. Orang utan adalah jenis kera yang hidup dari buah-buahan dan tinggal di pucuk pohon-pohon yang besar dan tinggi, sehingga mereka tidak terganggu oleh makhluk-makhluk penghuni hutan rimba lainya.
  1. Bentuk – Bentuk Manusia tertua
Untuk menganalisis siapakah sebetulnya mahkluk pendahulu/nenek moyang manusia, sebetulnya yang harus di temukan terlebih dahulu adalah sejenis mahkluk yang telah kandas, yang menjadi mahkluk penghubung yang menjebatani manusia dan mahkluk sejenis yang sebelumnya ada.
Berikut ini beberapa fosil yang sempat di temukan dalam berbagai ekspedisi dan penggalian oleh para antropolog, baik yang berlokasi di luar maupun wilayah Indonesia.
  1. Eonthropus Dawsoni (manusia pajar)
Pada tahun 1910 di lingkungan tambang batu di Piltdown, Sussex, inggris di temukan bagian-bagian dari tempurung dan rahang bawah manusia yang hampir lengkap. Akan tetapi, bagian rahang fosil ini sangat mirip dengan kera. Sesuai dengan nama penemunya, yaitu Charles dawson.
  1. Autralopithecus africanus
Tahun 1924 profesor Raymond Dart dari universitas Witwatersrand di johanesburg menemukan sebuah tempurung tengkorak binatang yang berbeda dengan beberapa desains fosil yang selama ini ditemukan. Di duga bentuk fosil ini adalah campuran antara ciri-ciri kera dan hominidae.
  1. Sinanthropus pekinensis ( homo erectus cina)
Davidson black seorang ahli anatomi dari kanada.  Menemukan beberapa buah fosil di gua yang di kenal bukit tulang naga dekat choukoutien di sebelah barat peking. Kemudian di tempat yang sama franz wedenreich seorang yahudi pelarian  selama 7 tahun penelitiannya secara lengkap kemudian menemukan 14 tulang tengkorak, dan 146 gigi dari dugaan 32 individu mahkluk purba. Selain itu ditemukan beberapa bekas alat-alat tulang serta bekas-bekas api.
Dengan mengamati hasil temuan ini adalah suatu mengembirakan bahwa dapat di duga mahkluk manusia masa lalu ini telah memiliki dan mengembangkan unsur kebudayaan.
  1. Homo Heidelberg
Dr. Otto Schoetensach ahli ilmu geologi, dalam penggalianya pada tahun 1907 menemukan sebuah tulang geraham di dekat kota kecil meuer. Meskipun rahang-nya relatif  lebih besar, berdasarkan anatomi rahang yang di milikinya, giginya mirip gigi manusia.
  1. Homo neanderthalensis
Prof. sollas dari universitas oxford di daerah gibratar tahun 1848 menemukan sebuah tengkorak. Sejumlah tulang tengkorak atas, tulang lengan dan tulang kaki sejenis di temukan di sebuah gua dekat dusseldorf di lembah Neanderthal. Berdasarkan struktur fisiknya, temuan ini di beri nama neanderthalensis dari mahkluk ini diduga memiliki proses evolusi yang sangat dekat dengan keluarga manusia modern.

Indonesia memegang peranan penting dalam upaya mencari dan memecahkan masalah asal-usul mahkluk manusia, oleh karena di dalam kandungan bumi Indonesia di temukan bekas-bekas manusia yang tertua sebagaimana akan di uraikan sebagai berikut.
  1. Pithecanthropus erectus
Seorang ahli bedah tentara belanda Dr. Eugene Du Bois bertekat melakukan penggalian dan menemukan fosil-fosil mata rantai yang hilang antara mahkluk manusia dank era. Kerangka berfikir Du Bois ini sesungguhnya telah di rumuskannya sejak dia masih mahasiswa di universitas Amsterdam bahwa di kepulauan Indonesia selain kera gibbon yang masih banyak di jumpai, kemungkinan besar akan dapat di temukan fosil manusia purba. Ekspedisi mandiri yang sempat di lakukan Du Bois di Indonesia antara tahun 1891-1898 adalah di padang atas sumbar. Namun tidak di jumpai bukti kuat untuk membuktikan teori dan keyakinannya. Kemudian ia mengadakan penggalian di solo jawa tengah sekelompok fosil hominidae yang masih primitif berupa tengkorak atas, rahang bawah dan sebuah tulang paha berhasil ditemukan dalam ekpedisi ini. Dari hasil rekonstruksi tampak seolah-olah rahang atas menyerupai struktur tengkorak seekor kera besar, dengan volume otak lebih kecil dari yang dimiliki manusia, giginya menunjuk sifat manusia, sedangkan bentuk pahanya menunjukkan mahkluk ini berdiri tegak (pithecanthropus erectus).
Pada kurun waktu yang sama, du bois tahun 1936 di desa perning dekat majakerto dan desa sangiran di dekat Surakarta menemukan juga fosil yang di perkirakan berumur 2.000.000 tahun. (pithechantropus majakertensis).
  1. Homo soloensis dan homo wajakensis
Di dekat desa Ngandong (lembah bengawan solo, sebelah utara trinil) antara 1931-1934. GHR Von Konigswald menemukan 14 fosil fithecanthropus. Telaah terhadap fosil ini di lakukan dengan mempergunakan analisis potassium argon dan fluorin berusia lebih tua dari temuan Du Bois dan di perkirakan antara 5.00.000-7.00.000 tahun lalu.
Oleh Teuku Jakob yang meneliti secara lebih cermat dan mendalam kemudian memberi nama pithechanthropus soloensis. Meskipun temuan fosil itu tidak pada tempat yang sama, para ahli sepakat menyatakan bahwa umur manusia tertua yang di temukan itu sekitar 800.000 – 200.000 tahun.
Oppenoorth seorang ahli geologi juga menemukan fosil manusia purba. Melihat perkembangan struktur tubuh dan volume otaknya, sehingga diduga memiliki tingkat yang lebih tinggi pithecanthropus, maka nama yang diberikan adalah homo soloensis.
  1. Meganthropus valeo javanicus
Penemuan lainnya oleh GHR Von Konigswald tahun 1941  di dekat sangiran dalam lapisan yang sama dengan penemuan tahun 1936 di desa perning. Yang agak mengherankan adalah kapasitas struktur tubuhnya secara fisik fosil ini memiliki ukuran yang luar biasa besarnya dibanding dengan gorilla laki-laki. Karena itu, temuan ini di beri nama meganthropus paleo javanicus.
Selanjutnya, masih juga jenis fosil yang sama di daerah sangiran, bahkan terakhir sekali di temukan tahun 1973 di desa sambungmacan di dekat sragen. Keseluruhan fosil yang di temukan berjumlah 41 buah.
Dari deskripsi sejumlah temuan fosil-fosil di atas, para ahli belum sepakat apakah makhluk phithecanthropus ini sudah berkebudayaan. Teuku Jakob salah satu di antara ahli peneliti antropolog juga meragukan kemungkinan pithecanthropus itu memiliki kebudayaan. Bertitik tolak dari kemungkinan penggunaan fungsi dan peranan pengembangan akal dan bahasa, keragu-raguan bahwa makhluk pithecanthropus itu memiliki suatu kebudayaan kebih di dasarkan pada:
  • Suau kenyataan bahwa selama temuan fosil-fosil itu dalam berbagai penggalian manusia belum pernah du temukan bekas alat-alat lainnya bersama fosil dengan fosil lainya.
  • Suatu fakta bahwa volume otak pithecanthropus masih terlampau kecil dibandingkan manusia sekarang. Minimnya kapasitas volume otak ini mempengaruhi proses pengembangan fungsional akalnya.
  • Bahwa struktur rongga mulut dari tengkorak pithecanthropus umumnya menunjukkan belum sempurna sehingga oleh karenanya makhluk itu diyakini belum dapat menggunakan bahasa.
Meskipun demikian, Teuku Jakob pada dasarnya tidak menyangkal ada kemungkinan makhluk pithecanthropus ini sudah mulai menggunakan alat-alat batu atau kayu sekedar penyambung berbagai keterbatasan dan kemampuan organisme fisiknya. Akan tetapi, karena keterbatasan volume otaknya, maka kecil kemungkinan penggunaan alat-alat tadi secara sadar menjadi pola mantap yang dikonsepsikan.
  1. Organisme Manusia
Perbedaan antara organisme manusia dan organisme binatang. Manusia adalah makhluk hidup yang hidup berkelompok dan memiliki organisme yang sangat kalah kemampuan fisiknya di bandingkan jenis-jenis binatang berkelompok lainya. Walaupun demikian, dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain, otak manusia yang telah dikembangkan oleh bahasa tetapi yang juga telah mengembangkan bahasa, telah berevolusi paling jauh karena memiliki kemampuan akal untuk membentuk gagasan-gagasan serta konsep-konsep yang makin lama makin tajam dan memiliki tindakan-tindakan alternatif yang menguntungkan dirinya, dan dengan demikian dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Gagasan-gagasan serta konsep-konsep itu dapat dikomunikasikannya kepada individu-individu lain dalam kelompoknya mauoun kepada keturunannya dengan lambang-lambang vokal yang kita sebut bahasa.
Bahasa menyebabkan bahwa manusia tidak hanya dapat belajar mengenai keadaan sekitarnya berdasarkan pengalamannya sendiri, tetapi juga secara abstrak. Dengan demikian bahasa manusia mengbstrakkan serta menyimpan setiap pengetahuan yang baru ke dalam lambang-lambang vokal atau kata-kata baru yang jumlahnya makin lama makin banyak. Generasi manusia berikutnya dengan demikian tidak perlu mengalami sendiri semua peristiwa untuk memperoleh pengetahuan mengenai suatu keadaan alam tertentu, dan cukup belajar dari generasi-generasi sebelumnya melalui uraian dengan bahasa, yang dapat di perkaya dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Pengalaman yang kian bertambah banyak itu kemudian disimpan dan di atur oleh akal manusia menjadi suatu sistem pengetahuan untuk kemudian diteruskan kepada generasi-generasi berikutnya.
Dengan bahasa, seluruh pengetahuan yang berhasil dikumpulkan manusia selama beratus-ratus angkatan sejak hadirnya makhluk induk Australopithecus di muka bumi, telah menjadi suatu himpunan pengetahuan yang merupakan dasar dari kebudayaan manusia. Karena pengetahuan itu kemudian menjadi sedemikan menguasainya sendiri.
Kemampuan fisik manusia memang terbatas jika di banding mahkluk lainya, sehingga ia tidak dapat berlari, meloncat, memanjat, menyelam atau terbang seperti jenis binatang tertentu. Manusia juga tidak memiliki kekuatan yang sama seperti berbagai jenis binatang besar. Walaupun demikian, kapasitas otaknya yang unggul menyebabkan bahwa ia dapat mengembangkan suatu sistem pengetahuan yang merupakan dasar dari kemampuannya untuk menciptakan berbagai alat hidup, alat transport, dan sebagainya, serta berbagai sumber energi lainya. Peralatan hidup serta sistem teknologi manusia inilah yang menjadi penyambung keterbatasan kemampuan fisiknya.
Akal budi manusia menyebabkan berkembangnya sistem-sistem yang dapat membantu serta menyambung keterbatasan kemampuannya. Seluruh sistem yang di sebut “kebudayaan manusia” itu adalah:
  1. Sistem pelambangan vokal, yaitu bahasa;
  2.  Sistem pengetahuan;
  3. Sistem organisasi social;
  4. Sistem peralatan hidup dan teknologi;
  5. Sistem mata pencarian hidup;
  6. Sistem religi dan; dan
  7. Kesenian.
Kebudayaan tidak merupakan salah satu program dalam sistem gen manusia, berbeda dengan kemampuan yang dimiliki hewan. Kemampuan serangga untuk membuat sarang yang rumit, misalnya, telah di tentukan oleh gen hewan yang bersangkutan. Sebaliknya, manusia baru mulai mengenal kebudayaanya sejak ia di lahirkan, suatu proses yang berlangsung selama manusia itu hidup. Walaupun demikian, dengan kebudayaanya manusia dapat menjadi mahkluk yang paling berkuasa dan mampu berkembang biak paling luas di bumi.
  1. Bahasa dan simbol
Bahasa adalah kata penghubung yang di gunakan untuk menghubungkan bagian-bagian ujaran (marhijanto, 1999: 31).
Sampai belakangan ini, para ahli antropologi dengan yakin mengatakan bahwa yang menjadikan manusia itu khas ialah bahwa mereka tidak seperti primat-primat lainya punya kemampuan menggunakan simbol-simbol, tanda yang hubungannya dengan benda di tunjukanya bersifat arbriter di ungkapkan melalui bahasa. Simbol ini berbeda dengan tanda. Makna sebuah tanda biasanya identik dengan fisiknya dan dapat di tangkap dengan panca indra, sedangkan simbol abstrak simbol yang mengarahkan tanggapan-tanggapan kita, membantu mempersatukan atau mengosepsikan asfek-asfek dunia (Narwoko, 2004:17).
Sistem khusus yang di sebut bahasa adalah sesuatu yang sangat berbeda dan khas, suatu sistem yang mengalami evolusi hominid bukan hanya lama sesudah garis keturunan nenek moyang keturunan simpanse, tetapi mungkin lama sesudah otak hominid menjadi tambah besar. “keunikan otak manusia dan juga sistem komunikasi kode bunyi yang di mungkinkannya, mengalami evolusi manusia juta tahun sesudah terjadinya perpisahan garis keturunan yang menghasilkan kera besar dan manusia”. Bahasa manusia tergantung pada perkembangan-perkembangan khusus di lapisan-lapisan luar otak. Salah satu di antara-nya ialah leteriralisasi atau terciptanya dua buah otak. Yang saling menggenapi. Salah satu belahan, biasanya yang kiri, merupakan pusat kemampuan-kemampuan berlogika dan berfikir analitis; belahan yang lainya, biasanya belahan bagian yang kanan, tampaknya merupakan pusat beberapa bentuk pemikiran dan presepsi hubungan. (25…….)

Beberapa pakar teori menyakini bahwa karena semua bahasa punya kemiripan kentara dalam strukturnya, kemampuan-kemampuan berbahasa kita pasti sangat berdasar program bawaan. Bagaimana bahasa manusia berkembang, yang jelas telah terjadi pergeseran pengendalian komunikasi  oleh sistem limbik otak secara evolusi adalah tua seperti komunikasi gerakan pada kera-kera. Kepada pengendalian komunikasi oleh lapisan luar otak yang secara evolusi.
  1. Perilaku Manusia
Dalam hal ini timbul suatu pertanyaan, apakah yang membuat organisme manusia menjadi menusia? Pada saat kelahiranya ia mempunyai potensi yang di beri kesempatan yang layak untuk berkembang akan menyatakan dirinya sendiri dalam berbagai macam bentuk tanggapan. Bentuk-bentuk tanggapan inilah yang membuat organisme manusia menjadi manusia (Bambang, 2000: 38)
  1. Sifat Asali
Sifat asali di definisikan sebagai totalitas dari ciri-ciri atau karakteristik yang di miliki oleh organisme pada saat kelahiranya di tambah yang kemudian berkembang melalui proses kedewasaan biologis. Jadi sifat asali manusia meliputi struktur fisiknya yang berupa peralatan saraf, otak dan sistem saraf, rifleks-rifleks dorongan fsiologis, kapasitas serta bakat-bakatnya. Beberapa individu di “karuniai” dengan kemampuan atau potensi-potensi yang berkembang di dalam bidang kegiatan tertentu seperti musik dan seni.
  1. Sifat Manusia
Sifat manusia berkembang ketika individu di tempatkan dalam  lingkungan yang menguntungkan untuk tumbuh. Seorang bayi sejak lahir yang terpisah dari masyarakat manusia mungkin memiliki potensi-potensi untuk menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, tetapi tidak dapat berkembang. Ia akan tetap memiliki sifat-sifat asali di mana ia dapat memulai kehidupan, atau ia mungkin akan tumbuh sesuai dengan lingkungannya tetapi sangat berbeda dari manusia yang di harapkan.
  1. Perilaku Dipelajari dan Tidak Dipelajari
Tingkah laku yang tidak dipelajari dari organisme menunjuk kepada aktivitas-aktivitas yang sering kali di sebut refleks dan instink yang pola utamanya didapatkan melalui keturunan. Perilaku manusia yang tidak di pelajari membentuk bagian dari sifat-sifat asali. Perilaku manusia yang di pelajari termaksuk bentuk aktivitas dan tanggapan-tanggapan yang di dapatkan melalui pengalaman.

Tipologi adalah pengetahuan yang mencoba menggolong-golongkan manusia atas dasar kepribadian. Secara garis besarnya, pribadi manusia terdiri atas individualisme biologis dan individualisme fsikologis (supartono, 2004: 23).
Kepribadian atas dasar psikologis terasa lebih mencolok dalam tiga tingkat kehidupan yakni:
  1. Tingkat  vital. Pada tingkat vital, terdapat kemampuan-kemampuan psikis yang langsung berhubungan dengan penghayatan tubuh manusia, seperti perasaan haus, lapar, dan seks.
  2. Tingkat fsikologis sosial. Yang merupakan kemampuan-kemampuan menangkap atau menghayati dalam bentuk yang kongkret, seperti dorongan hidup berkelompok, dorongan berkuasa, dan dorongan mengabdi.
  3. Dalam  tingkat ke tiga, ini merupakan psiko-human yang di dalamnya terdapat dorongan manusia yang universal pada sistem nilai dan nilai religius. Sifat-sifat totalitas manusia, baik yang bersamaan maupun yang berbeda merupakan suatu totalitas.


DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi jilid 1. JAKARTA: Rineka Cipta.
Marhijanto, Bambang. 1999. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini. Surabaya: Terbit Terang.
Mintargo, Bambang S. 2000. Tinjauan Manusia dan Nilai Budaya. Jakarta: Universitas Trisakti
Narwoko, Dwi. J dan Bagong Suyanto.2005. Sosiologi: teks pengantar & terapan. Jakarta: Prenada Media.
Saifuddin, Fedyani achmad. 2005. Antropologi kontemporer: suatu pengantar kritis mengenai paradigma. Jakarta: Prenada Media.
Widyosiswono, supartono. 1992. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia
Wiranata, I Gede A.B, 2002. Antropologi Budaya. Lampung: Citra Adtya Bakti.

Selasa, 24 Desember 2013

hubungan sosiologi dengan ilmu lainnya



Hubungan Sosiologi Dengan Ilmu Sosial Lainnya


Secara langsung maupun tidak langsung sosiologi berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial lain dari berbagai segi kehidupan manusia karena sosiologi adalah ilmu yang mengkaji masyarakat dalam teori dan prakteknya seperti sejarah, ekonomi, politik, antropologi dan psikologi sosial.

1. Sosiologi dan sejarah
Merupakan dua ilmu sosial yang sama-sama mengkaji kejadian dan hubungan yang dialami manusia. Sejarah lebih difokuskan pada peristiwa yang terjadi pada masa lampau dan juga ingin menemukan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa. Sejarah menaruh perhatian khusus pada sifat-sifat unik dari sebuah peristiwa sejarah sedangkan sosiologi hanya mengamati peristiwa-pwristiwa yang merupakan proses sosial yang muncul dari hubungan antarmanusia dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Artinya sejarah menyoroti perbedaan-perbedaan yang terjadi pada peristiwa-pertistiwa yang sama sedangkan sosiologi menyoroti persamaan-persamaan yang ada dari peristiwa yang berbeda.

2.Sosiologi dan ekonomi
Ekonomi merupakan ilmu yang menyelidiki semua fenomena yang berhubungan dengan usaha, produksi dan distribusi sumber daya. Sebagai contoh ekonomi berusaha memecahkan masalah yang timbul karena tidak seimbangnya persediaan pangan dengan jumlah penduduk dengan cara menaikkan produksi bahan pangan. Sosiologi berusaha melihat permasalahan ini dengan melibatlan unsure-unsur dalam masyarakat misalnya petani.

3.Sosiologi dan politik
Politik meneliti tentang pemerintah dan menjelaskan kompleksitas pemerintahan antara lain mempelajari tentang upaya untuk memperoleh kekuasaan dan pendayagunaan kekuasaan. Sosiologi memusatkan perhatiannya pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum untuk memperoleh kekuasaan digambarkan oleh sosiologi sebagai salah satu bentuk persaingan atau konflik.



4.Sosiologi dan antropologi
Antropologi memusatkan perhatiannya pada masyarakat tradisional yang masih sederhana kebudayaannya sedangkan sosiologi mengamati masyarakat-masyarakat modern yang strukturnya sudah komplek. Jika kita melihat masyarakat yang sedang berada dalam proses peralihan sebagai sebuah proses saling mempengaruhi antara unsure-unsur modern maka antropologi lebih memandang pada unsure-unsur yang modern. Intinya sosiologi dan antropologi merupakan dua ilmu sosial yang saling berkaitan dan melengkapi satu sama lainnya.

5.Sosiologi dan psikologi sosial
Ilmu psikologi sosial meneliti prilaku manusia sebagai individu antara lain meneliti tingkat kepandaian seseorang, kemampuannya, daya ingatnya, impian-impiannya dan perasaan kecewanya. Jadi psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari pengalamam dan tingkah laku individu yang ditimbulkan dan dipengaruhi oleh situasi-situasi sosial.

antropologi kepribadian



1. DEFINISI KEPRIBADIAN
Apabila seorang ahli antropologi, sosilogi, atau psikologi berbicara mengenai “pola kelakukan manusia”, maka yang dimaksudkan adalah kelakuan dalam arti yang sangat khusus, yaitu kelakukan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri, dorongan-dorongan, refleks-refleks, atau kelakukan manusia yang tidak lagi dipengaruhi dan ditentukan oleh akalnya dan jiwanya, yaitu kelakuan manusia yang membabi-buta.
Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia itu, adalah apa yang disebut “kepribadian” atau personality.
Dalam bahasa populer, istilah “kepribadian” juga berarti ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus. Kalau dalam bahasa sehari-hari kita angap bahwa seorang tertentu mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu-individu lainnya.

2. UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
Pengetahuan. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata terkandungg dalam otaknya. Dalam lingkungan individu itu ada bermacam-macam hal yang dialaminya melalui penerimaan pancainderanya serta alat penerima atau reseptor organismanya yang lain, sebagai getaran eter (cahaya dan warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan mekanikal (berat-ringan), tekanan termikal (panas-dingin) dan sebagainya, yang masuk ke dalam sel-sel tertentu dibagian-bagian tertentu dari otaknya.
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus kepada bagian-bagian yang paling menarik perhatian seorang individu, seringkali juga diolah oleh suatu proses dalam akalnya yang menghubungkan penggambaran tadi dengan berbagai penggambaran lain sejenis yang pernah diterima dan diprokyesikan oleh akalnya dalam masa yang lalu, dalam ilmu psikologi disebut “apersepsi”.
Penggambaran yang lebih intensif terfokus, yang terjadi karena pemusatan akal yang lebih intensif tadi, dalam ilmu psikologi disebut “pengamatan”. Dengan proses akal itu individu mempunyai suatu kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak yang sebenarnya dalam kenyataan tidak serupa dengan salah satu dari berbagai macam penggambaran yang menjadi bahan konkret dan penggambaran baru itu. Pengambaran abstrak itu dalam ilmu sosial disebut “konsep”. Penggambaran tentang lingkungannya tadi ada yang ditambah-tambah dan dibesar-besarkan, dan ada yang dikurangi serta dikecil-kecilkan pada bagian-bagian tertentu, yang sebenarnya tidak akan pernah ada dalam kenyataan. Penggambaran baru yang seringkali juga tidak realistik itu dalam ilmu psikologi disebut “fantasi”.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi tadi merupakan unsur-unsur “pengetahuan” seseorang individu yang sadar. Unsur-unsur pengetahuan tadi sebenarnya tidak hilang lenyap begitu saja, melainkan hanya terdesak masuk saja kedalam bagian dari jiwa manusia yang dalam ilmu psikologi disebut alam “bawah sadar” (sub-conscious).
Perasaan. Apersepsi seseoran individu yang menggambarkan diri sendiri sedang menikmati segelas Green Spot dingin tadi menimbulkan dalam kesadarannya suatu “perasaan” yang positif, yaitu perasaan nikmat, dan perasaan nikmat itu sampai nyata mengeluarkan air liur. Suatu kehendak juga dapat menjadi sangat keras, dan hal itu sering terjadi apabila hal yang dikehendaki itu tidak mudah diperoleh, atau sebaliknya. Dengan demikian ia mendapat suatu kehendak keras, atau “keinginan”. Suatu keinginan dapat juga menjadi lebih besar lagi sehingga menjadi sangat besar. Suatu perasaan keras itu biasanya disebut “emosi”.
Dorongan Naluri. Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yan tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam organismenya, dan khususnya dalam gen-nya sebagai naluri. Kemauuan yang sudah merupakan naluri pada tiap mahkluk manusia itu, oleh beberapa ahli psikologi disebut “dorongan” (drive). Ada berbagai perbedaan paham antara para ahli psikologi, namun semua seia sekata bahwa ada paling sedikit tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1. Dorongan untuk mempertahankan hidup.
2. Dorongan sex.
3. Dorongan untuk usaha mencari makan.
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia.
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.
6. Dorongan untuk berbakti
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak.

3. MATERI DARI UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
Kepribadian seorang individu, seperti apa yang telah kita pelajari diatas, terisi dengan pengetahuan, khususnya persepsi, penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi mengenai aneka macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu yang bersangkutan. Seorang ahli etnopsikologi, A.F.C. Wallace, pernah membuat suatu kerangka dimana terdaftar secara sistem atikal seluruh materi yang menjadi objek dan sasaran unsur-unsur kepribadian manusia yang pokok, yaitu :
1. Aneka warna kebutuhan organik diri sendiri, aneka warna kebutuhan serta dorongan psikologi diri sendiri, dan aneka warna kebutuhan serta dorongan organik maupun psikologi sesama manusia yang lain daripada diri sendiri.
2. Aneka warna hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri, atau “identitas aku”, baik aspek fisik maupun psikologinya, dan segala hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu mengenai bermacam-macam kategori manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan, dan gejala alam, baik yang nyata maupun yang gaib dalam lingkungan sekelilingnya.
3. Berbagai macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau mempergunakan, aneka warna kebutuhan dari hal tersebut diatas, sehingga tercapai keadaan memuaskan dalam kesadaran individu bersangkutan.

4. ANEKA WARNA KEPRIBADIAN
Aneka Warna Kepribadian Individu. Aneka warna materi yang menjadi isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak, serta keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan adanya beraneka macam struktur kepribadian pada setiap manusia yang hidup dimuka bumi, dan menyebabkan bahwa peribadian tiap individu itu unik berbeda dengan kepribadian individu yang lain.
Ilmu antropologi, dan juga ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik dan lain-lain, tidak mempelajari individu. Ilmu-ilmu itu mempelajari seluruh pengetahuan, gagasan, dan konsep yang umum hidup dalam masyarakat, artinya pengetahuan, gagasan, dan konsep yang dianut oleh sebagian sebesar warga sesuatu masyarakat yang biasanya disebut “adat-istiadat”. Seluruh kompleks tingkah laku umum berwujud pola-pola tindakan yang saling berkaitan satu dengan lain itu disebut sistem sosial (social system). Ilmu antropologi juga mempelajari kepribadian yang ada pada sebagian besar warga sesuatu masyarakat, yang disebut kepribadian umum atau watak umum (modal personality).
Kepribadian Umum. Para ahli antropologi berpendirian bajwa dengan mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak yang khas itu akan dapat diduga adanya berbagai unsur kepribadian yang merupakan akibat dari pengalaman-pengalaman sejak masa anak-anak pada sebagian besar warga masyarakat yang bersangkutan.
Kepribadian Barat dan Kepribadian Timur. Dalam banyak tulisan tentang masalah kebudayaan sering dibicarakan soal perbedaan antara kepribadian manusia yang berasal dari kebudayaan Barat, dan kepribadian manusia yang asal dari kebudayaan Timur. Dengan demikian timbul dua konsep yang kontras, yaitu Kepribadian Timur dan Kepribadian Barat. Mereka yang suka mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut biasanya menyangka bahwa Kepribadian Timur mempunyai pandangan hidup yang mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran prelogis, keramah-tamahan, dan kehidupan kolektif, sedangkan Kepribadian Barat mempunyai pandangan hidup yang mementingkan kehidupan material, pikiran logis, hubungan berdasarkan azas guna, dan individualisme.
Adapun kontras kolektivisme individualisme Timur-Barat nerupakan kontras mengenai orientasi nilai budaya manusia dan dapat dikaitkan dengan konsep tentang Kepribadian Timur-Barat yang pernah dikembangkan sarjana Amerika keturunan Cina, Francis L.K. Hsu, yang mengkombinasikan dalam dirinya suatu keahlian dalam ilmu antropologi, ilmu psikologi, ilmu filsafat serta kesusasteraan Cina Klasik. Dalam sebuah karangannya berjudul Psychological Homeostasis and Jen, yang dimuat dalam majalah American Anthropologist jilid 73, tahun 1971 (hal. 2344), Hsu telah menyatakan pendapatnya bahwa ilmu psikologi yang dikembangkan didalam masyarakat negara-negara Eropa Barat, dimana konsep individu memang mengambil tempat yang sangat penting, biasanya menganalisa jiwa manusia dengan terlampau banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai suatu kesatuan analisa tersendiri.
Dengan demikian untuk menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu. Hanya sebagai suatu objek yang terkandung dalam batas individu yang terisolasi, maka Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi bahwa alam jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya itu mengandung delapan daerah yang berwujud seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentrikal sekitar diri pribadinya.
Lingkaran no. 7 dan 6 dalah daerah dalam jiwa individu yang oleh para ahli psikologi sisebut daerah “tak sadar” dan “sub-sadar”. Kedua lingkaran itu berada didaerah pedalaman dari alam jiwa individu, dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yan telah terdesak kedalam sehingga tak disadari oleh individu bersangkutan.



Bagan 9. Psiko Sosiogram Manusia
Kemudian ada lingkaran no. 5 yang disebut oleh Hsu “kesadaran yang tak dinyatakan” (unexpressed consciousness). Lingkaran itu terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang disadari penuh oleh individu bersangkutan, tetapi yang disimpan saja olehnya dalam alam jiwanya sendiri dan tidak dinyatakannya kepada siapapun juga dalam lingkungannya. Ini disebabkan karena ada kemungkinan bahwa : ia takut, ia malu, ia bersalah atau ia tidak dapat menemukan kata-kata atau perumusan yan cocok untuk menyatakan gagasan yang bersanggkutan tadi kepada sesamanya.
Selanjutnya ada lingkaran no. 4 yang oleh Hsu disebut “kesadaran yan dinyatakan” (expressed conscious). Lingkaran ini dalam alam jiwa manusia mengandung pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, dan perasaan-perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh individu kepada sesamanya, yang dengan mudah dapat diterima dan dijawab pula oleh sesamanya.
Lingkaran no. 3 yang oleh Hsu disebut “lingkaran hubungan karib” (intimate cosiety) mengandung konsepsi-konsepsi tentang orang-orang, binatang, atau benda-benda yang oleh individu diajak bergaul mesra dan karib, yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila sedang terkena tekanan batin atau dikejar-kejar oleh kesedihan serta masalah-masalah hidup yang menyulitkan.
Sikap manusia terhadap orang binatang atau benda-benda dalam lingkaran no. 2 yang dapat kita sebut “lingkungan hubungan berguna” tidak lagi ditandai oleh sikap sayang mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang, atau benda-benda itu bagi dirinya. Lingkaran no. 1 yang dapat disebut “lingkaran huhungan jauh” terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan, dana dan yang ada dalam kebduayaan dan masyarakatnya sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh lansung terhadap kehidupannya sehari-hari.
Daerah no. 0, yang disebut “lingkaran dunia luar” terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan yang hampir sama dengan pikiran-pikiran yang terletak dalam lingkaran-lingkaran nomor 1, hanya saja bedanya antara yang pertama dan yang kedua ialah bahwa yang pertama terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan tentang orang dan hal yan terletak diluar masyarakat dan negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap masa bodoh.
Berdasarkan konsepsi terurai diatas, maka Hsu mengusulkan untuk mengembangkan suatu konsep kepribadian yang lain sebagai tambahan terhadap konsep personality yang telah lama dikembangkan para ahli psikologi Barat itu. Konsep yang dapat dipakai sebagai landasan untuk mengembangkan konsep lain itu menurut Hsu adalah konsep jen dalam kebudayaan Cina. Jen adalah “manusia yang berjiwa selaras, manusia yang berkepribadian”.
Keterangan psikologi dari Hsu ini, yang mencoba melihat perbedaan antara manusia yang hidup dalam lingkungan Kebudayaan Timur dan manusia yang hidup dalam lingkungan Kebudayaan Barat itu, memang mencoba menyelami sumber-sumber inti dari perbedaan itu. Semua perbedaan lahiriah antara kedua tipe manusia itu hanyalah akibat dari perbedaan inti itu.

Senin, 23 Desember 2013

PENGERTIAN DAN CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT
Pengertian Filsafat

Secara etimologis (asal-usul kata), filsafat berasal dari bahasa Yunani "Philosophia". Philos yang artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu. Sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.


Ada beberapa defenisi filsafat yang telah diklasifikasikan berdasarkan watak dan fungsinya sebagai berikut :

Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif).
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentrisme.
Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabnya oleh ahli-ahli fisafat.

Menurut Clarence L. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat adalah sebagai berikut :
  1. Sangat umun atau universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya.
  1. Tidak faktual
Kata lain dari tidak faktual aalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.
  1. Bersangkutan dengan nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian ialah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai. Maka selanjutnya, dibentuklah sistem nilai, sehingga lahirlah apa yang disebutnya sebagai nilai sosial, nilai keagamaan, nilai budaya, dan lainnya.
  1. Berkaitan dengan arti
Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar para filosof dalam mengunkapkan ide-idenya sarat denga arti, para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa-bahasa yang tepat, semua itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan/sesat pikir (fallacy).
  1. Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat logis). Dari implikatif tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya...sehingga tidak ada habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menuburkan intelektual.

metode penelitian pisikologi umum

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Psikologi agama menurut Prof. Dr. Sakiah daradjat adalah suatu ilmu yang meneliti pengaruh terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi keperibadiannya (Ramayulis, 2007).
Dalam kehidupan sehari-hari mau-tidakmau manusia tidak lepas dari masalah-msalah yang kompleks, hal ini mengakibatkan terganggunya pisikis manusia itu sendiri. Untuk itu perlu diketahui pisikis baik individu sebagai subjek maupun individu sebagai objek. Dalam menentukan psikologi individu perlu di rancang metode apa yang akan di gunakan. Metode psikologi adalah suatu cara atau langkah dalam meneliti tingkah laku, kejiwaan, atau karakter individu. Metode dalam menentukan psikologi manusia perlu ditetapkan paliditasi atau ketepatan pernyataan, hipotesis, teori, atau dalail-dalil yang mengenai tingkah laku manusia melalui penilaian bukti-bukti objektif (Fauzi. A , 2008).
Metode yang sering digunakan dalam psikologi adalah metode eksperimen, metode observasi, metode klinis, metode statistic, sejarah kehidupan, wawancara, pemeriksaan psikologis.
2.      Tujuan
a.       Menghilangkan kesangsian memperoleh kebenaran dan ketetapan dalam memahami dan meramalkan tingkah laku individu.
b.      Mengetahui metode-metode apa yang di gunakan dalam mengetahui psikologi manusia.
3.      Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam makalah ini dibahas tentang masalah metode-metode apasaja yang dilakukan didalam penelitian karakter, kejiwaan, dan tingkah laku individu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.      Didalam kepustakaan, istilah metode mempunyai pengertian yang sama dengan prosedur, tatacara, alat dan teknik. Pada tulisan ini, pengertian metode atau prosedur lebih menekankan pada usaha untuk mendapatkan, mengembangkan, atau menguji pembuktian atau teori, hipotesis atau dugaan. Sedangkan istilah tatacara, alat, atau teknik lebih menekankan pada usaha untuk mendapatkan, atau membuktikan fakta/data (Fauzi. A, 2008).
2.      Setelah psikologi menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, ia mengalami perkembangan pesat. Kepesatan ini tidak hanya berupa perbedaan pendapat antara para ahli, tetapi juga didalam bidang pengalaman dan penemuan metode serta teknik penelitian dan pengembangannya. Sesorang yang mempelajari psikologi segera akan menemui beraneka macam psikologi dan keluasan penerapannya (Ahyadi. AA., 1987).
3.      Sebagai disiplin ilmu yang otonom maka psikologi agama juga memiliki metode penelitian ilmiah. Kajian dilakukan dengan mempelajari pakta-pakta berdasarkan data yang terkumpul dan dianalisis secara objektif (Ramayulis, 2007).
 
BAB III
METODE-METODE PENELITIAN PSIKOLOGI
1.      Eksperimen
Teknik ekperimen digunakan untuk mempelajari sikap dan tingkah laku seseorang melalui perlakuan khusus yang sengaja dibuat, metode ini juga suatu metode ideal untuk mendapatkan hubungan antar fakta. Metode ini dapat dilakukan dilakukan di laboratorim atau lapangan. Bila kita membawa suatu masalah ( problem ) untuk mencari jawabannya, melalui kondisi tertentu yang di ciptakan, bearti kita telah mengadakan eksperimen. Sering pula dikatakan mengetes hipotesis. Hipotesis adalah suatu perkiraan atau dugaan yang merupakan jawaban suatu problem.Hampir semua tingkah laku manusia juga mengikuti hukum alam, sehinga dalam kondisi yang sama akan timbul tingakah laku yang sama pula. Pada waktu mengadakan eksperimen terdapat persyaratan- persyaratan, antara lain:
a.       Dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama.
b.      Adanya problem atau hipotesis yang akan diuji.
c.       Faktor yang mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol, kecuali satu factor yang dapat diubah-ubah.
d.      Dapat ditentukan terlebih dahulu apa yang akan terjadi dan kapan waktu terjadinya.
2.      Metode Observasi
Penelitian dilakukan dengan mengunakan data sosiologi dan antropologi, dengan mempelajari sifat-sifat manusiawi orang perorangan atau kelompok. Selain itu juga menjadi unsur-unsur budaya yang bersifat materi dan yang bersifat spiritual (Ramayulis, 2007). Pada permasalahan demikian, para ahli hanya mampu mengadakan pengamatan (observasi) serta mencatat kejadian-kejadian untuk dianalisis, diteliti dan di cari kesimpulannya. Metode obsevasi dalam mempelajari tingkah laku anak-anak, interaksi social, aktivitas keagamaan, peperangan, aktivitas kejahatan dan kejadian- kejadian lain yang tidak dapat di eksperimenkan (Ahyadi. A. A, 1987).
3.      Metode Klinik
Metode klinik biasa dilakukan di rumah sakit, pusat ganguan jiwa, pusat rehabilitasi narkotika, rumah permasyarakatan, klinik atau badan/biro/lembaga konsultasi, bimbingan dan penyuluhan psikologi (Ahyadi. A. A, 1987). Usaha penyembuhan dititik beratkan pada kepentingan manusia (pederita), kemudian untuk kepentingan penelitian digukan teknik proyektifitas melalui riset dan pengumpulan data tertulis mengenai penderita, sebagai bahan diagnose (Ramayulis, 2007).    
4.      Metode Statistik
Metode statistik adalah metode yang mengunakan aritmatika dengan adanya responden atau uji beberapa sample yang mengunakan parameter sebagai tolak ukur sehingga dapat ditarik kesimpulan, penilaian dan dapat dideskripsikan. Menurut Fauzi. A, 2008 dalam psikologi dikenal bermacam teknik, tata cara atau alat untuk mendapatkan data psikologi, serta membukti kebenaran data tersebut. Teknik atau alat ini sering disebut metode. Beberapa teknik yang digunakandalam metode psikologi antara lain:
a.       Tes psikologi, yaitu cara untuk mengetahui kemampuan, alam perasaan, arah minat, dan aspek-aspek kepribadian individu lain dengan member tugas yang ditentukan standarnya.
b.      Angket, yaitu dengan mengajukan pertanyaaan terhadap orang yang diselidiki. Ini dapat dilakukan dengan:
1.      Wawancara/interview, yaitu angket secara lisan.
2.      Kuesioner, yaitu angket secara tertulis.
c.       Instrospeksi
1.      Instrospeksi, yaitu teknik mengamati kejadian kedalam diri sendiri pada saat berlansungnya kejadian tersebut.
2.      Retrospeksi, yaitu instrospeksi yang dilaksanakan setelah kejadian psikologi itu berlansung.
3.      Ekstospeksi, yaitu pengamatan kejadian psikologi terhadap orang lain.
d.      Partisipasi, yaitu ikut serta masuk ke dalam situasi interaksi social.
e.       Meneliti riwayat hidup (case history method).
f.       Teknik analisis impian.
g.      Meneliti perkembangan hidup seseorang (developmental method).
5.      Sejarah Kehidupan
Sejarah kehidupan adalah masa lalu atau riwayat hidup individu atau kelompok. Untuk mengetahui psikologi individu atau kelompok perlu dilakukan penelitian tentang latar belakang kehidupan atau riwayat hidup individu atau kelompok tersebut. Ketika melakukan penelitian sejarah kehidupan individu tersebut, seorang yang melakukan penelitian psikologi seharusnya yang ditelitinya tidak mengetahui bahwa seseorang menelitinya.Hal ini dilakukan agar riwayat yang disampaikan benar-benar failed atau tidak dimanifulasi. Menurut Ahyadi. A. A, 1987 sejarah hidup seseorang dapat menjadi sumber data yang penting untuk mengenal orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak yang tidak naik kelas akibat tidak cukup cerdas mengikuti pendidikan di sekolah atau mungkin ia mempunyai banyak kesulitan dalam mengikuti pelajaran dengan baik.
6.      Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab seseorang dengan orang lain. Untuk melakukan wawancara diperlukan trik-trik sehingga mereka mencurahkan isi hati atau perasaannya. Sedangkan menurut Fauzi. A. 2008 Wawancara adalah Tanya jawab antara sipemeriksa dan oaring yang diperiksa. Maksudnya adalah agar orang yang diperiksa itu mengemukakan isi hatinya, pandangan-pandangannya, pendapatnya, lain-lain sedemikian rupa, sehingga pemeriksa
dapat lebih mengenalnya.
7.      Pemeriksa Psikologis
Menurut Sarwono di dalam buku psikologi umum cetakan keempat yang dikarang oleh Fauzi. A, 2008 secara popular metode ini dikenal dengan nama psikotes. Metode ini dengan mengunakan alat-alat psiko-diagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar terlatih. Alat-alat itu dapat digunakan untuk mengukur dan mengetahui taraf kecerdasan, arah minat, sikap, struktur kepribadian dan lain-lain dari oaring yang diperiksa.
Keuntungan metode ini adalah bahwa dalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan banyak data mengenai diri seseorang, termasuk juga data yang tidak dapat diketahui dengan metode lain. Keuntungan lain adalah bahwa metode ini dapat dilaksanakan secara missal, sehingga sekaligus dapat diperiksa banyak orang. Kelemahan metode ini adalah tidak dapat dipergunakan secara luas, karena hanya dapat dilakukan oleh orang yang ahli dan terlatih.
 
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam melakukan penelitian psikologi, untuk menghilangkan keraguan dan kesangsian dalam mengambil kesimpulan, perlu dikaji metode penelitian apa yang harus dilakukan sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.
Metode yang efektif digunakan dalam penelitian psikologi yaitu metode eksperimen, observasi, klinis, statistik, sejarah kehidupan, wawancara dan pemeriksa psikologis.
 
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi. A.A;1987. Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Fauzi. A, 2008. Psikologi Umum. CV. Pustaka Setia. Bandung.
Ramayulis, 2007. Psikologi Agama. Kalam Mulia. Padang.