Selasa, 24 Desember 2013

antropologi kepribadian



1. DEFINISI KEPRIBADIAN
Apabila seorang ahli antropologi, sosilogi, atau psikologi berbicara mengenai “pola kelakukan manusia”, maka yang dimaksudkan adalah kelakuan dalam arti yang sangat khusus, yaitu kelakukan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri, dorongan-dorongan, refleks-refleks, atau kelakukan manusia yang tidak lagi dipengaruhi dan ditentukan oleh akalnya dan jiwanya, yaitu kelakuan manusia yang membabi-buta.
Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia itu, adalah apa yang disebut “kepribadian” atau personality.
Dalam bahasa populer, istilah “kepribadian” juga berarti ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus. Kalau dalam bahasa sehari-hari kita angap bahwa seorang tertentu mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu-individu lainnya.

2. UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
Pengetahuan. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata terkandungg dalam otaknya. Dalam lingkungan individu itu ada bermacam-macam hal yang dialaminya melalui penerimaan pancainderanya serta alat penerima atau reseptor organismanya yang lain, sebagai getaran eter (cahaya dan warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan mekanikal (berat-ringan), tekanan termikal (panas-dingin) dan sebagainya, yang masuk ke dalam sel-sel tertentu dibagian-bagian tertentu dari otaknya.
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus kepada bagian-bagian yang paling menarik perhatian seorang individu, seringkali juga diolah oleh suatu proses dalam akalnya yang menghubungkan penggambaran tadi dengan berbagai penggambaran lain sejenis yang pernah diterima dan diprokyesikan oleh akalnya dalam masa yang lalu, dalam ilmu psikologi disebut “apersepsi”.
Penggambaran yang lebih intensif terfokus, yang terjadi karena pemusatan akal yang lebih intensif tadi, dalam ilmu psikologi disebut “pengamatan”. Dengan proses akal itu individu mempunyai suatu kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak yang sebenarnya dalam kenyataan tidak serupa dengan salah satu dari berbagai macam penggambaran yang menjadi bahan konkret dan penggambaran baru itu. Pengambaran abstrak itu dalam ilmu sosial disebut “konsep”. Penggambaran tentang lingkungannya tadi ada yang ditambah-tambah dan dibesar-besarkan, dan ada yang dikurangi serta dikecil-kecilkan pada bagian-bagian tertentu, yang sebenarnya tidak akan pernah ada dalam kenyataan. Penggambaran baru yang seringkali juga tidak realistik itu dalam ilmu psikologi disebut “fantasi”.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi tadi merupakan unsur-unsur “pengetahuan” seseorang individu yang sadar. Unsur-unsur pengetahuan tadi sebenarnya tidak hilang lenyap begitu saja, melainkan hanya terdesak masuk saja kedalam bagian dari jiwa manusia yang dalam ilmu psikologi disebut alam “bawah sadar” (sub-conscious).
Perasaan. Apersepsi seseoran individu yang menggambarkan diri sendiri sedang menikmati segelas Green Spot dingin tadi menimbulkan dalam kesadarannya suatu “perasaan” yang positif, yaitu perasaan nikmat, dan perasaan nikmat itu sampai nyata mengeluarkan air liur. Suatu kehendak juga dapat menjadi sangat keras, dan hal itu sering terjadi apabila hal yang dikehendaki itu tidak mudah diperoleh, atau sebaliknya. Dengan demikian ia mendapat suatu kehendak keras, atau “keinginan”. Suatu keinginan dapat juga menjadi lebih besar lagi sehingga menjadi sangat besar. Suatu perasaan keras itu biasanya disebut “emosi”.
Dorongan Naluri. Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yan tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam organismenya, dan khususnya dalam gen-nya sebagai naluri. Kemauuan yang sudah merupakan naluri pada tiap mahkluk manusia itu, oleh beberapa ahli psikologi disebut “dorongan” (drive). Ada berbagai perbedaan paham antara para ahli psikologi, namun semua seia sekata bahwa ada paling sedikit tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1. Dorongan untuk mempertahankan hidup.
2. Dorongan sex.
3. Dorongan untuk usaha mencari makan.
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia.
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.
6. Dorongan untuk berbakti
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak.

3. MATERI DARI UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
Kepribadian seorang individu, seperti apa yang telah kita pelajari diatas, terisi dengan pengetahuan, khususnya persepsi, penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi mengenai aneka macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu yang bersangkutan. Seorang ahli etnopsikologi, A.F.C. Wallace, pernah membuat suatu kerangka dimana terdaftar secara sistem atikal seluruh materi yang menjadi objek dan sasaran unsur-unsur kepribadian manusia yang pokok, yaitu :
1. Aneka warna kebutuhan organik diri sendiri, aneka warna kebutuhan serta dorongan psikologi diri sendiri, dan aneka warna kebutuhan serta dorongan organik maupun psikologi sesama manusia yang lain daripada diri sendiri.
2. Aneka warna hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri, atau “identitas aku”, baik aspek fisik maupun psikologinya, dan segala hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu mengenai bermacam-macam kategori manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan, dan gejala alam, baik yang nyata maupun yang gaib dalam lingkungan sekelilingnya.
3. Berbagai macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau mempergunakan, aneka warna kebutuhan dari hal tersebut diatas, sehingga tercapai keadaan memuaskan dalam kesadaran individu bersangkutan.

4. ANEKA WARNA KEPRIBADIAN
Aneka Warna Kepribadian Individu. Aneka warna materi yang menjadi isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak, serta keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan adanya beraneka macam struktur kepribadian pada setiap manusia yang hidup dimuka bumi, dan menyebabkan bahwa peribadian tiap individu itu unik berbeda dengan kepribadian individu yang lain.
Ilmu antropologi, dan juga ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik dan lain-lain, tidak mempelajari individu. Ilmu-ilmu itu mempelajari seluruh pengetahuan, gagasan, dan konsep yang umum hidup dalam masyarakat, artinya pengetahuan, gagasan, dan konsep yang dianut oleh sebagian sebesar warga sesuatu masyarakat yang biasanya disebut “adat-istiadat”. Seluruh kompleks tingkah laku umum berwujud pola-pola tindakan yang saling berkaitan satu dengan lain itu disebut sistem sosial (social system). Ilmu antropologi juga mempelajari kepribadian yang ada pada sebagian besar warga sesuatu masyarakat, yang disebut kepribadian umum atau watak umum (modal personality).
Kepribadian Umum. Para ahli antropologi berpendirian bajwa dengan mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak yang khas itu akan dapat diduga adanya berbagai unsur kepribadian yang merupakan akibat dari pengalaman-pengalaman sejak masa anak-anak pada sebagian besar warga masyarakat yang bersangkutan.
Kepribadian Barat dan Kepribadian Timur. Dalam banyak tulisan tentang masalah kebudayaan sering dibicarakan soal perbedaan antara kepribadian manusia yang berasal dari kebudayaan Barat, dan kepribadian manusia yang asal dari kebudayaan Timur. Dengan demikian timbul dua konsep yang kontras, yaitu Kepribadian Timur dan Kepribadian Barat. Mereka yang suka mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut biasanya menyangka bahwa Kepribadian Timur mempunyai pandangan hidup yang mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran prelogis, keramah-tamahan, dan kehidupan kolektif, sedangkan Kepribadian Barat mempunyai pandangan hidup yang mementingkan kehidupan material, pikiran logis, hubungan berdasarkan azas guna, dan individualisme.
Adapun kontras kolektivisme individualisme Timur-Barat nerupakan kontras mengenai orientasi nilai budaya manusia dan dapat dikaitkan dengan konsep tentang Kepribadian Timur-Barat yang pernah dikembangkan sarjana Amerika keturunan Cina, Francis L.K. Hsu, yang mengkombinasikan dalam dirinya suatu keahlian dalam ilmu antropologi, ilmu psikologi, ilmu filsafat serta kesusasteraan Cina Klasik. Dalam sebuah karangannya berjudul Psychological Homeostasis and Jen, yang dimuat dalam majalah American Anthropologist jilid 73, tahun 1971 (hal. 2344), Hsu telah menyatakan pendapatnya bahwa ilmu psikologi yang dikembangkan didalam masyarakat negara-negara Eropa Barat, dimana konsep individu memang mengambil tempat yang sangat penting, biasanya menganalisa jiwa manusia dengan terlampau banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai suatu kesatuan analisa tersendiri.
Dengan demikian untuk menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu. Hanya sebagai suatu objek yang terkandung dalam batas individu yang terisolasi, maka Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi bahwa alam jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya itu mengandung delapan daerah yang berwujud seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentrikal sekitar diri pribadinya.
Lingkaran no. 7 dan 6 dalah daerah dalam jiwa individu yang oleh para ahli psikologi sisebut daerah “tak sadar” dan “sub-sadar”. Kedua lingkaran itu berada didaerah pedalaman dari alam jiwa individu, dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yan telah terdesak kedalam sehingga tak disadari oleh individu bersangkutan.



Bagan 9. Psiko Sosiogram Manusia
Kemudian ada lingkaran no. 5 yang disebut oleh Hsu “kesadaran yang tak dinyatakan” (unexpressed consciousness). Lingkaran itu terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang disadari penuh oleh individu bersangkutan, tetapi yang disimpan saja olehnya dalam alam jiwanya sendiri dan tidak dinyatakannya kepada siapapun juga dalam lingkungannya. Ini disebabkan karena ada kemungkinan bahwa : ia takut, ia malu, ia bersalah atau ia tidak dapat menemukan kata-kata atau perumusan yan cocok untuk menyatakan gagasan yang bersanggkutan tadi kepada sesamanya.
Selanjutnya ada lingkaran no. 4 yang oleh Hsu disebut “kesadaran yan dinyatakan” (expressed conscious). Lingkaran ini dalam alam jiwa manusia mengandung pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, dan perasaan-perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh individu kepada sesamanya, yang dengan mudah dapat diterima dan dijawab pula oleh sesamanya.
Lingkaran no. 3 yang oleh Hsu disebut “lingkaran hubungan karib” (intimate cosiety) mengandung konsepsi-konsepsi tentang orang-orang, binatang, atau benda-benda yang oleh individu diajak bergaul mesra dan karib, yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila sedang terkena tekanan batin atau dikejar-kejar oleh kesedihan serta masalah-masalah hidup yang menyulitkan.
Sikap manusia terhadap orang binatang atau benda-benda dalam lingkaran no. 2 yang dapat kita sebut “lingkungan hubungan berguna” tidak lagi ditandai oleh sikap sayang mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang, atau benda-benda itu bagi dirinya. Lingkaran no. 1 yang dapat disebut “lingkaran huhungan jauh” terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan, dana dan yang ada dalam kebduayaan dan masyarakatnya sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh lansung terhadap kehidupannya sehari-hari.
Daerah no. 0, yang disebut “lingkaran dunia luar” terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan yang hampir sama dengan pikiran-pikiran yang terletak dalam lingkaran-lingkaran nomor 1, hanya saja bedanya antara yang pertama dan yang kedua ialah bahwa yang pertama terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan tentang orang dan hal yan terletak diluar masyarakat dan negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap masa bodoh.
Berdasarkan konsepsi terurai diatas, maka Hsu mengusulkan untuk mengembangkan suatu konsep kepribadian yang lain sebagai tambahan terhadap konsep personality yang telah lama dikembangkan para ahli psikologi Barat itu. Konsep yang dapat dipakai sebagai landasan untuk mengembangkan konsep lain itu menurut Hsu adalah konsep jen dalam kebudayaan Cina. Jen adalah “manusia yang berjiwa selaras, manusia yang berkepribadian”.
Keterangan psikologi dari Hsu ini, yang mencoba melihat perbedaan antara manusia yang hidup dalam lingkungan Kebudayaan Timur dan manusia yang hidup dalam lingkungan Kebudayaan Barat itu, memang mencoba menyelami sumber-sumber inti dari perbedaan itu. Semua perbedaan lahiriah antara kedua tipe manusia itu hanyalah akibat dari perbedaan inti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar