Kamis, 26 Desember 2013

MATA KULIAH ANTROPOLOGI (EVOLUSI MANUSIA)

EVOLUSI MANUSIA
  1. Definisi
Evolusi bisa di definisikan sebagai suatu perubahan atau perkembangan, seperti perubahan dari sederhana menjadi kompleks. Perubahan itu biasanya di anggap lamban laun. paradigma yang berkaitan dengan konsep evolusi tersebut adalah evolusioanisme yang berarti cara pandang yang menekankan perubahan lambat laun menjadi lebih baik atau lebih maju dari sederhana ke kompleks (Achmad, 2005: 99).
Evolusi adalah perubahan dan perkembangan mahkluk hidup dari waktu ke waktu (marhijanto, 1999: 112)
Melalui sudut pandang ilmiah dan evalolusioner, berpegang pada asumsi bahwa manusia mewakili tahap-tahap dalam evolusi kehidupan. Evolusi biologis atau evolusi organik merupakan proses perkembangan segala bentuk kehidupan. Teori evolusi organik mengtakan bahwa tumbuh-tumbuhan dan binatang yang kita lihat sekarang ini adalah keturunan dari nenek moyang yang keadaanya lebih sederhana. Nenek moyang itu merupakan keturunan nenek moyang mereka yang jauh lebih sederhana, yang hidup beberapa juta tahun sebelumnya kehidupan. Pada umumnya teori ini mengatakan bahwa kehidupan berasal dari sederhana menuju ke bentuk lebih tinggi (Bambang, 2000: 18).
Terdapat empat kekuatan utama evolusi, yakni: mutasi, seleksi, hybridiasi, dan penyimpangan genetika (2000: 21).
  1. Mutasi adalah modifikasi, baik fisik maupun kimiawi, dalam struktur dalam gen, hal ini di ketahui berasal dari dua macam sumber yang umum yakni sumber internal dan eksternal. Modifikasi internal mungkin sebagai kerja  dari biokimiawi, atau penyusunan ulang fisik. Sumber eksternal mutasi mungkin dapat di jelaskan karena pengaruh dari luar seperti tradisi nuklir, sinar x, beta, gama dan agen-agen seperti bentuk-bentuk Nitrogen dan banyak lainnya.
  2. Seleksi (seleksi alam). adalah proses di mana adaptasi dapat di capai. Seleksi tidak pernah di pandang punya arti terlepas dari lingkungan karena hal ini merupakan proses di mana populasi menyesuaikan diri terhadap lingkungan khusus.
  3. Hybridasi adalah hasil dari kombinasi genetika baru melalui persilangan, terjadi hampir pada kebanyakan spesies hidup termaksuk manusia modern. Hybridasi meningkatkan variasi genetik.
  4. Penyimpangan genetik adalah proses di mana frekuensi gen berubah karena adanya kesempatan. Kecepatan di mana perubahan demikian itu terjadi kebanyakan tergantung pada ukuran populasi. Pada umumnya semangkin kecil populasi maka semangkin besar kecepatan perubahan pada frekuensi yang demikian itu dan semangkin ekstrem dampaknya terhadap susunan genetik dari populasi.

  1. Makhluk manusia di antara makhkuk-makhluk lain
Dari sudut biologi, manusia hanya satu di antara lebih dari sejuta jenis mahkluk yang pernah atau masih hidup di dunia. Pada pertengahan abad ke-19 ahli biologi bernama C. Darwin mengumumkan pendirian (proposisi) tentang proses biologi, yang mengatakan bahwa bentuk-bentuk mahkluk hidup tertua adalah mahkluk bersel satu yang sangat sederhana, yaitu antara lain protozoa. Dalam waktu puluhan juta tahun kemudian berkembang berbagai bentuk kehidupan, yaitu mahkluk-mahkluk yang memiliki organisme yang makin lama makin kompleks. (koentjaraningrat, 2005: 41).
Seperti hanya beribu jenis mahkluk lain, mahkluk manusia menyusui keturunannya, dan berdasarkan ciri itulah manusia di kelaskan bersama mahkuk-mahkluk tersebut di dalam golongan binatang menyusui, atau mamalia. Dalam kelas mamalia ini terdapat suatu sub-golongan  di sebut suku.
 Suku primat terbagi ke dalam dua sub-suku, yaitu prosimii, dan anthropoid. Para ahli biologi menempatkan manusia ke dalam sub-suku anthropoid, yang kemudian masih di bagi infrasuku, yaitu ceboid, cercopithecoid dan hominoid. Dalam infrasuku ceboid termaksuk semua jenis kera, baik yang telah punah maupun yang sampai sekarang masih hidup di daerah khatulistiwa, khususnya di benua Amerika. Infrasuku cercopithecoid termaksuk semua jenis kera, baik yang telah punah  maupun sekarang  masih hidup di kawasan tropis benua Asia dan Afrika. Dan dalam infrasuku Hominoid termaksuk semua jenis kera besar dan manusia. Dalam infrasuku ini kemudian secara khusus dibagi ke dalam dua keluarga, yaitu Pongidae dan Hominidae. Keluarga Pongidae adalah beberapa jenis kera besar yang hidupnya terutama di daerah Asia dan Afrika. (misalnya, kera gibbon, orang utan, simpanse, gorilla). Sedangkan keluarga hominidae adalah manusia purba Pithecanthropus  dan homo Neandertal serta manusia sekarang ini yang juga homo sapiens. (2005: 42)

  1. Evolusi Ciri-Ciri Biologi
Sumber ciri-ciri organisme fisik. Para ahli menjelaskan bahwa ciri biologi itu berada di dalam “gen”, dari setiap organisme, baik bersel satu maupun organisme mahkluk kera dan manusia yang terdiri dari beberapa triliun sel. Pada mahkluk yang organisme-nya kompleks (misalnya kera dan manusia), sel-sel yang membentuk tubuhnya hampir berjumlah lebih dari 10 triliun, yang masing-masing berbeda fungsi dan tugasnya dalam organisme. Walupun demikian, tiap sel memiliki inti yang sama. Inti sel manusia, misalnya,  terdiri dari 46 bagian yang mirip ulat-ulat kecil yang terdiri dari serat-serat  berspiral, di sebut kromoson. Pada kromoson-kromoson inilah terletak beribu-ribu pusat kekuatan dengan berbagai macam struktur biokimia yang khas, yang menybabkan suatu ciri yang khusus yang dimiliki organisme yang bersangkutan. Satu pusat kekuatan  seperti itulah yang di sebut dengan gen. satu gen, atau kombinasi dari beberapa gen , mnenjadi penyebab dari satu ciri lahir dari organisme, sedang gen lainya penyebab dari beberapa ciri lahir. (2005: 42-43).
Mahkluk primat pendahulu manusia kira-kira satu abad yang lalu, teka-teki mengenai nenek-moyang manusia ini di yakini dapat terpecahkan apabila orang telah berhasil menemukan fosil-fosil dari mahkluk yang merupakan penghubung (missing link) antara kera dan mahkluk manusia dalam silsilah kehidupan mahkluk manusia di muka bumi.  Dengan adanya penelitian paleoantropologi pada awal abad ke-20 ini sekarang sudah ada suatu pendirian yang kucup mantap mengenai mahkluk induk ini. Mahkluk primat yang semula di anggab sebagai mahkluk yang menurunkan manusia dan jenis kera besar, seperti orang utan, gorilla dan sebagainya antara lain di temukan fosil rahang bawahnya di saint-gaudens (perancis selatan) yang di beri nama Drypithecus.
Di dalam sel sperma berpadu dengan sel telur, maka terbentuklah suatu sel buah, atau zygote. Melalui proses mitosis, dari zygote itu akan muncul seluruh tubuh organisme yang baru. Proses mitosis bagi semua sel itu sama, kecuali pada sel gamete, yaitu sel-sel sperma pada pria dan sel-sel telur pada wanita. Pembentukan sel-sel baru tidak terjadi melalui pembelahan kromoson , melainkan melalui pemisahan dari ke-46 kromoson dari 23 kromoson, dan masuk ke dalam dua sel kelamin yang berbeda. Saat itu merupakan saat yang sangat penting, karena jumlah gen yang menentukan berbagai ciri organisme yang akan masuk ke dalam sel kelamin A dan A1,  akan terjadi secara kebetulan belaka. Oleh karena itu dapat di pahami bahwa hanya sebagian dari ciri-ciri ayah yang secara kebetulan berada dalam sel telur yang di buahi, menjadi bahan bagi pembetukan organisme yang baru itu. Dari ciri-ciri ayah dan ibu yang kebetulan terdapat dalam dalam sel-sel kelamin itu juga tidak semua akan tampak lahir dalam organisme yang baru, karena hanya ciri-ciri  pada  gen yang kuat (dominan) saja yang akan tampak, sedang ciri-ciri pada gen yang kuat (resesif), tidak. apabila misalnya, ayah mempunyai gen untuk rambut keriting yang dominan, tetapi ibu mempunyai gen rambut kejur resesif, maka anak akan mempunyai rambut keriting.  Dengan demikian, anggapan popular yang mengira bahwa kalau rambut keriting dari ayah bercampur dengan rambut kejur dari ibu, maka anak akan mendapat keriting-kejur. Ini adalah anggapan yang salah.
Perubahan dalam proses keturunan. Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa suatu ciri berasal dari seorang nenek- moyang tertentu tidak dapat “bercampur”. Ciri-ciri yang ada selalu tetap tersimpan di dalam gen yang di turunkan dan di sebarkan kepada berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus angkatan berikutnya, karena adanya kekuatan dari gen lain yang dominan, yang menyebabkan bahwa ciri-ciri tersebut tidak muncul. Walaupun dalam kenyataan kita melihat bahwa dalam proses pengembangbiakannya, nenek moyang lama kelamaan memperlihatkan perbedaan-perbedaan ciri.

  1. Perubahan Ciri Biologi dalam Proses Keturunan
Dari analisis di lakukan para ahli, munculnya bentuk mahkluk baru adalah akibat percabangan dari bentuk mahkluk sebelumnya. Percabangan ini secara khusus menampilkan bentuk dari organisme sebelumnya, tumbuh dan berkembang biak sampai pada beberapa generasi sesudahnya. Bahkan, tidak jarang muncul suatu mahkluk baru yang secara fisik berbeda dari mahkluk lainnya (Gede, 2002: 40).
  1. Proses Mutasi
Proses mutasi adalah proses yang berasal dari dalam tubuh organisme. Suatu kondisi penerusan keturunan yang telah berabad-abad lamanya, dalam penerusan keturunannya terbentuk penyimpangan genetis dalam zygote-nya. Akibatnya, individu yang kemudian lahir muncul dengan ciri tubuh yang berbeda dengan induknya dalam proses penerusan keturunan selanjudnya, mahkluk baru ini beranak-anak sehingga yang kemudian berkembang adalah mahkluk baru dengan ciri-ciri yang telah berubah dengan induknya.
  1. Proses Seleksi Alamiah dan Adaptasi
Dalam frekuensi gen dengan sifat-sifat yang merugikan atau kurang dapat menyesuaikan diri menjadi lebih kecil dan frekuensi gen dengan sifat-sifat adaptif akan bertambah besar. Dari waktu ke waktu individu yang tidak bertahan akan semangkin berkurang jumlahnya, bahkan ada kecendrungan akan punah. Populasi yang tidak punah biasanya menjadi lebih cocok dengan lingkungannya. Mahkluk yang dapat bertahan hidup dialah yang mampu melahirkan keturunannya dan memperkembangkan jenisnya. Akibatnya, individu generasi berikutnya bertahan dengan ciri spesies yang baru.
  1. Proses Menghilangkan Gen Secara Kebetulan
Proses menghilangkannya gen secara kebetulan juga dikenal dengan proses penyimpangan genetis. Proses ini terjadi pada suatu mahkluk dan memang benar-benar secara kebetulan belaka (random genetic driff). Peristiwa ini sering muncul dalam rangka sejarah politik migrasi suatu bangsa. Misalnya berkumpulnya orang-orang berambut lurus, tetapi pembawa sifat rambut keriting. Dalam perkembangan selanjudnya akibat sebagian anggota masyarakatnya tercerai-berai, tidak ada kelompok berambut keriting atau pembawa sifat rambut keriting. Akhirnya penerusan keturunan hanya berlangsung dalam kelompok manusia berambut lurus. Dalam beberapa generasi sifat rambut kerintingnya akan musnah dan akan muncul rambut lurus tanpa pembawa sifat rambut keriting sama sekali.

  1. Evolusi Primat dan Manusia
Proses percabangan mahluk primat, manusia adalah suatu jenis makhluk primat yang telah bercabang melalui proses evolusi. Soal asal-mula dan proses evolusi manusia serta khusus dipelajari dan di teliti oleh sub-ilmu dari antropologi biologi, yakni ilmu paleoantropologi, yang menggunakan fosil manusia yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi selama berabad-abad, sebagai bahan penelitian. Namun karena manusia merupakan suatu cabang yang termuda dari mahkluk primat pada umumnya.
Dari hasil penelitian terakhir, mahkluk pertama dari suku primat muncul sebagai percabangan dari mahkluk mamalia (binatang menyusui) sekitar 70 juta tahun yang lalu, dalam paleosen tua. Mahkluk primat induk itu kemudian bercabang lagi ke dalam berbagai sub-suku dan infrasuku khusus, suatu proses yang juga memakan waktu lama sekali, sehingga antara lain terjadi percabangan-percabangan yang masing-masing menghasilkan keluarga kera-kera pongid (kera-kera besar) dan keluarga hominid, yang merupakan “Nenek Moyang” manusia.
Dalam proses mahkluk evolusi makhluk hidup di perkirakan telah terjadi sedikitnya lima proses percabangan  yang tertua terjadi sekitar 30 juta tahun yang lalu dalam kala eason akhir, yang mengevaluasi kera gibbon. Cabang yang muncul kemudian, yaitu pada awal kala miosen sekitar 20 juta tahun yang lalu, adalah orang utan (pongopygmeus) di Afrika timur pada waktu itu lebih dekat pada asia selatan. Kawasan Afrika timur pada waktu itu masih tertutup hutan rimba seperti halnya kawasan Asia selatan sekarang dan belum berupa sabana dengan gerombolan-gerombolan hutan di sana-sini seperti sekarang. Orang utan adalah jenis kera yang hidup dari buah-buahan dan tinggal di pucuk pohon-pohon yang besar dan tinggi, sehingga mereka tidak terganggu oleh makhluk-makhluk penghuni hutan rimba lainya.
  1. Bentuk – Bentuk Manusia tertua
Untuk menganalisis siapakah sebetulnya mahkluk pendahulu/nenek moyang manusia, sebetulnya yang harus di temukan terlebih dahulu adalah sejenis mahkluk yang telah kandas, yang menjadi mahkluk penghubung yang menjebatani manusia dan mahkluk sejenis yang sebelumnya ada.
Berikut ini beberapa fosil yang sempat di temukan dalam berbagai ekspedisi dan penggalian oleh para antropolog, baik yang berlokasi di luar maupun wilayah Indonesia.
  1. Eonthropus Dawsoni (manusia pajar)
Pada tahun 1910 di lingkungan tambang batu di Piltdown, Sussex, inggris di temukan bagian-bagian dari tempurung dan rahang bawah manusia yang hampir lengkap. Akan tetapi, bagian rahang fosil ini sangat mirip dengan kera. Sesuai dengan nama penemunya, yaitu Charles dawson.
  1. Autralopithecus africanus
Tahun 1924 profesor Raymond Dart dari universitas Witwatersrand di johanesburg menemukan sebuah tempurung tengkorak binatang yang berbeda dengan beberapa desains fosil yang selama ini ditemukan. Di duga bentuk fosil ini adalah campuran antara ciri-ciri kera dan hominidae.
  1. Sinanthropus pekinensis ( homo erectus cina)
Davidson black seorang ahli anatomi dari kanada.  Menemukan beberapa buah fosil di gua yang di kenal bukit tulang naga dekat choukoutien di sebelah barat peking. Kemudian di tempat yang sama franz wedenreich seorang yahudi pelarian  selama 7 tahun penelitiannya secara lengkap kemudian menemukan 14 tulang tengkorak, dan 146 gigi dari dugaan 32 individu mahkluk purba. Selain itu ditemukan beberapa bekas alat-alat tulang serta bekas-bekas api.
Dengan mengamati hasil temuan ini adalah suatu mengembirakan bahwa dapat di duga mahkluk manusia masa lalu ini telah memiliki dan mengembangkan unsur kebudayaan.
  1. Homo Heidelberg
Dr. Otto Schoetensach ahli ilmu geologi, dalam penggalianya pada tahun 1907 menemukan sebuah tulang geraham di dekat kota kecil meuer. Meskipun rahang-nya relatif  lebih besar, berdasarkan anatomi rahang yang di milikinya, giginya mirip gigi manusia.
  1. Homo neanderthalensis
Prof. sollas dari universitas oxford di daerah gibratar tahun 1848 menemukan sebuah tengkorak. Sejumlah tulang tengkorak atas, tulang lengan dan tulang kaki sejenis di temukan di sebuah gua dekat dusseldorf di lembah Neanderthal. Berdasarkan struktur fisiknya, temuan ini di beri nama neanderthalensis dari mahkluk ini diduga memiliki proses evolusi yang sangat dekat dengan keluarga manusia modern.

Indonesia memegang peranan penting dalam upaya mencari dan memecahkan masalah asal-usul mahkluk manusia, oleh karena di dalam kandungan bumi Indonesia di temukan bekas-bekas manusia yang tertua sebagaimana akan di uraikan sebagai berikut.
  1. Pithecanthropus erectus
Seorang ahli bedah tentara belanda Dr. Eugene Du Bois bertekat melakukan penggalian dan menemukan fosil-fosil mata rantai yang hilang antara mahkluk manusia dank era. Kerangka berfikir Du Bois ini sesungguhnya telah di rumuskannya sejak dia masih mahasiswa di universitas Amsterdam bahwa di kepulauan Indonesia selain kera gibbon yang masih banyak di jumpai, kemungkinan besar akan dapat di temukan fosil manusia purba. Ekspedisi mandiri yang sempat di lakukan Du Bois di Indonesia antara tahun 1891-1898 adalah di padang atas sumbar. Namun tidak di jumpai bukti kuat untuk membuktikan teori dan keyakinannya. Kemudian ia mengadakan penggalian di solo jawa tengah sekelompok fosil hominidae yang masih primitif berupa tengkorak atas, rahang bawah dan sebuah tulang paha berhasil ditemukan dalam ekpedisi ini. Dari hasil rekonstruksi tampak seolah-olah rahang atas menyerupai struktur tengkorak seekor kera besar, dengan volume otak lebih kecil dari yang dimiliki manusia, giginya menunjuk sifat manusia, sedangkan bentuk pahanya menunjukkan mahkluk ini berdiri tegak (pithecanthropus erectus).
Pada kurun waktu yang sama, du bois tahun 1936 di desa perning dekat majakerto dan desa sangiran di dekat Surakarta menemukan juga fosil yang di perkirakan berumur 2.000.000 tahun. (pithechantropus majakertensis).
  1. Homo soloensis dan homo wajakensis
Di dekat desa Ngandong (lembah bengawan solo, sebelah utara trinil) antara 1931-1934. GHR Von Konigswald menemukan 14 fosil fithecanthropus. Telaah terhadap fosil ini di lakukan dengan mempergunakan analisis potassium argon dan fluorin berusia lebih tua dari temuan Du Bois dan di perkirakan antara 5.00.000-7.00.000 tahun lalu.
Oleh Teuku Jakob yang meneliti secara lebih cermat dan mendalam kemudian memberi nama pithechanthropus soloensis. Meskipun temuan fosil itu tidak pada tempat yang sama, para ahli sepakat menyatakan bahwa umur manusia tertua yang di temukan itu sekitar 800.000 – 200.000 tahun.
Oppenoorth seorang ahli geologi juga menemukan fosil manusia purba. Melihat perkembangan struktur tubuh dan volume otaknya, sehingga diduga memiliki tingkat yang lebih tinggi pithecanthropus, maka nama yang diberikan adalah homo soloensis.
  1. Meganthropus valeo javanicus
Penemuan lainnya oleh GHR Von Konigswald tahun 1941  di dekat sangiran dalam lapisan yang sama dengan penemuan tahun 1936 di desa perning. Yang agak mengherankan adalah kapasitas struktur tubuhnya secara fisik fosil ini memiliki ukuran yang luar biasa besarnya dibanding dengan gorilla laki-laki. Karena itu, temuan ini di beri nama meganthropus paleo javanicus.
Selanjutnya, masih juga jenis fosil yang sama di daerah sangiran, bahkan terakhir sekali di temukan tahun 1973 di desa sambungmacan di dekat sragen. Keseluruhan fosil yang di temukan berjumlah 41 buah.
Dari deskripsi sejumlah temuan fosil-fosil di atas, para ahli belum sepakat apakah makhluk phithecanthropus ini sudah berkebudayaan. Teuku Jakob salah satu di antara ahli peneliti antropolog juga meragukan kemungkinan pithecanthropus itu memiliki kebudayaan. Bertitik tolak dari kemungkinan penggunaan fungsi dan peranan pengembangan akal dan bahasa, keragu-raguan bahwa makhluk pithecanthropus itu memiliki suatu kebudayaan kebih di dasarkan pada:
  • Suau kenyataan bahwa selama temuan fosil-fosil itu dalam berbagai penggalian manusia belum pernah du temukan bekas alat-alat lainnya bersama fosil dengan fosil lainya.
  • Suatu fakta bahwa volume otak pithecanthropus masih terlampau kecil dibandingkan manusia sekarang. Minimnya kapasitas volume otak ini mempengaruhi proses pengembangan fungsional akalnya.
  • Bahwa struktur rongga mulut dari tengkorak pithecanthropus umumnya menunjukkan belum sempurna sehingga oleh karenanya makhluk itu diyakini belum dapat menggunakan bahasa.
Meskipun demikian, Teuku Jakob pada dasarnya tidak menyangkal ada kemungkinan makhluk pithecanthropus ini sudah mulai menggunakan alat-alat batu atau kayu sekedar penyambung berbagai keterbatasan dan kemampuan organisme fisiknya. Akan tetapi, karena keterbatasan volume otaknya, maka kecil kemungkinan penggunaan alat-alat tadi secara sadar menjadi pola mantap yang dikonsepsikan.
  1. Organisme Manusia
Perbedaan antara organisme manusia dan organisme binatang. Manusia adalah makhluk hidup yang hidup berkelompok dan memiliki organisme yang sangat kalah kemampuan fisiknya di bandingkan jenis-jenis binatang berkelompok lainya. Walaupun demikian, dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain, otak manusia yang telah dikembangkan oleh bahasa tetapi yang juga telah mengembangkan bahasa, telah berevolusi paling jauh karena memiliki kemampuan akal untuk membentuk gagasan-gagasan serta konsep-konsep yang makin lama makin tajam dan memiliki tindakan-tindakan alternatif yang menguntungkan dirinya, dan dengan demikian dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Gagasan-gagasan serta konsep-konsep itu dapat dikomunikasikannya kepada individu-individu lain dalam kelompoknya mauoun kepada keturunannya dengan lambang-lambang vokal yang kita sebut bahasa.
Bahasa menyebabkan bahwa manusia tidak hanya dapat belajar mengenai keadaan sekitarnya berdasarkan pengalamannya sendiri, tetapi juga secara abstrak. Dengan demikian bahasa manusia mengbstrakkan serta menyimpan setiap pengetahuan yang baru ke dalam lambang-lambang vokal atau kata-kata baru yang jumlahnya makin lama makin banyak. Generasi manusia berikutnya dengan demikian tidak perlu mengalami sendiri semua peristiwa untuk memperoleh pengetahuan mengenai suatu keadaan alam tertentu, dan cukup belajar dari generasi-generasi sebelumnya melalui uraian dengan bahasa, yang dapat di perkaya dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Pengalaman yang kian bertambah banyak itu kemudian disimpan dan di atur oleh akal manusia menjadi suatu sistem pengetahuan untuk kemudian diteruskan kepada generasi-generasi berikutnya.
Dengan bahasa, seluruh pengetahuan yang berhasil dikumpulkan manusia selama beratus-ratus angkatan sejak hadirnya makhluk induk Australopithecus di muka bumi, telah menjadi suatu himpunan pengetahuan yang merupakan dasar dari kebudayaan manusia. Karena pengetahuan itu kemudian menjadi sedemikan menguasainya sendiri.
Kemampuan fisik manusia memang terbatas jika di banding mahkluk lainya, sehingga ia tidak dapat berlari, meloncat, memanjat, menyelam atau terbang seperti jenis binatang tertentu. Manusia juga tidak memiliki kekuatan yang sama seperti berbagai jenis binatang besar. Walaupun demikian, kapasitas otaknya yang unggul menyebabkan bahwa ia dapat mengembangkan suatu sistem pengetahuan yang merupakan dasar dari kemampuannya untuk menciptakan berbagai alat hidup, alat transport, dan sebagainya, serta berbagai sumber energi lainya. Peralatan hidup serta sistem teknologi manusia inilah yang menjadi penyambung keterbatasan kemampuan fisiknya.
Akal budi manusia menyebabkan berkembangnya sistem-sistem yang dapat membantu serta menyambung keterbatasan kemampuannya. Seluruh sistem yang di sebut “kebudayaan manusia” itu adalah:
  1. Sistem pelambangan vokal, yaitu bahasa;
  2.  Sistem pengetahuan;
  3. Sistem organisasi social;
  4. Sistem peralatan hidup dan teknologi;
  5. Sistem mata pencarian hidup;
  6. Sistem religi dan; dan
  7. Kesenian.
Kebudayaan tidak merupakan salah satu program dalam sistem gen manusia, berbeda dengan kemampuan yang dimiliki hewan. Kemampuan serangga untuk membuat sarang yang rumit, misalnya, telah di tentukan oleh gen hewan yang bersangkutan. Sebaliknya, manusia baru mulai mengenal kebudayaanya sejak ia di lahirkan, suatu proses yang berlangsung selama manusia itu hidup. Walaupun demikian, dengan kebudayaanya manusia dapat menjadi mahkluk yang paling berkuasa dan mampu berkembang biak paling luas di bumi.
  1. Bahasa dan simbol
Bahasa adalah kata penghubung yang di gunakan untuk menghubungkan bagian-bagian ujaran (marhijanto, 1999: 31).
Sampai belakangan ini, para ahli antropologi dengan yakin mengatakan bahwa yang menjadikan manusia itu khas ialah bahwa mereka tidak seperti primat-primat lainya punya kemampuan menggunakan simbol-simbol, tanda yang hubungannya dengan benda di tunjukanya bersifat arbriter di ungkapkan melalui bahasa. Simbol ini berbeda dengan tanda. Makna sebuah tanda biasanya identik dengan fisiknya dan dapat di tangkap dengan panca indra, sedangkan simbol abstrak simbol yang mengarahkan tanggapan-tanggapan kita, membantu mempersatukan atau mengosepsikan asfek-asfek dunia (Narwoko, 2004:17).
Sistem khusus yang di sebut bahasa adalah sesuatu yang sangat berbeda dan khas, suatu sistem yang mengalami evolusi hominid bukan hanya lama sesudah garis keturunan nenek moyang keturunan simpanse, tetapi mungkin lama sesudah otak hominid menjadi tambah besar. “keunikan otak manusia dan juga sistem komunikasi kode bunyi yang di mungkinkannya, mengalami evolusi manusia juta tahun sesudah terjadinya perpisahan garis keturunan yang menghasilkan kera besar dan manusia”. Bahasa manusia tergantung pada perkembangan-perkembangan khusus di lapisan-lapisan luar otak. Salah satu di antara-nya ialah leteriralisasi atau terciptanya dua buah otak. Yang saling menggenapi. Salah satu belahan, biasanya yang kiri, merupakan pusat kemampuan-kemampuan berlogika dan berfikir analitis; belahan yang lainya, biasanya belahan bagian yang kanan, tampaknya merupakan pusat beberapa bentuk pemikiran dan presepsi hubungan. (25…….)

Beberapa pakar teori menyakini bahwa karena semua bahasa punya kemiripan kentara dalam strukturnya, kemampuan-kemampuan berbahasa kita pasti sangat berdasar program bawaan. Bagaimana bahasa manusia berkembang, yang jelas telah terjadi pergeseran pengendalian komunikasi  oleh sistem limbik otak secara evolusi adalah tua seperti komunikasi gerakan pada kera-kera. Kepada pengendalian komunikasi oleh lapisan luar otak yang secara evolusi.
  1. Perilaku Manusia
Dalam hal ini timbul suatu pertanyaan, apakah yang membuat organisme manusia menjadi menusia? Pada saat kelahiranya ia mempunyai potensi yang di beri kesempatan yang layak untuk berkembang akan menyatakan dirinya sendiri dalam berbagai macam bentuk tanggapan. Bentuk-bentuk tanggapan inilah yang membuat organisme manusia menjadi manusia (Bambang, 2000: 38)
  1. Sifat Asali
Sifat asali di definisikan sebagai totalitas dari ciri-ciri atau karakteristik yang di miliki oleh organisme pada saat kelahiranya di tambah yang kemudian berkembang melalui proses kedewasaan biologis. Jadi sifat asali manusia meliputi struktur fisiknya yang berupa peralatan saraf, otak dan sistem saraf, rifleks-rifleks dorongan fsiologis, kapasitas serta bakat-bakatnya. Beberapa individu di “karuniai” dengan kemampuan atau potensi-potensi yang berkembang di dalam bidang kegiatan tertentu seperti musik dan seni.
  1. Sifat Manusia
Sifat manusia berkembang ketika individu di tempatkan dalam  lingkungan yang menguntungkan untuk tumbuh. Seorang bayi sejak lahir yang terpisah dari masyarakat manusia mungkin memiliki potensi-potensi untuk menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, tetapi tidak dapat berkembang. Ia akan tetap memiliki sifat-sifat asali di mana ia dapat memulai kehidupan, atau ia mungkin akan tumbuh sesuai dengan lingkungannya tetapi sangat berbeda dari manusia yang di harapkan.
  1. Perilaku Dipelajari dan Tidak Dipelajari
Tingkah laku yang tidak dipelajari dari organisme menunjuk kepada aktivitas-aktivitas yang sering kali di sebut refleks dan instink yang pola utamanya didapatkan melalui keturunan. Perilaku manusia yang tidak di pelajari membentuk bagian dari sifat-sifat asali. Perilaku manusia yang di pelajari termaksuk bentuk aktivitas dan tanggapan-tanggapan yang di dapatkan melalui pengalaman.

Tipologi adalah pengetahuan yang mencoba menggolong-golongkan manusia atas dasar kepribadian. Secara garis besarnya, pribadi manusia terdiri atas individualisme biologis dan individualisme fsikologis (supartono, 2004: 23).
Kepribadian atas dasar psikologis terasa lebih mencolok dalam tiga tingkat kehidupan yakni:
  1. Tingkat  vital. Pada tingkat vital, terdapat kemampuan-kemampuan psikis yang langsung berhubungan dengan penghayatan tubuh manusia, seperti perasaan haus, lapar, dan seks.
  2. Tingkat fsikologis sosial. Yang merupakan kemampuan-kemampuan menangkap atau menghayati dalam bentuk yang kongkret, seperti dorongan hidup berkelompok, dorongan berkuasa, dan dorongan mengabdi.
  3. Dalam  tingkat ke tiga, ini merupakan psiko-human yang di dalamnya terdapat dorongan manusia yang universal pada sistem nilai dan nilai religius. Sifat-sifat totalitas manusia, baik yang bersamaan maupun yang berbeda merupakan suatu totalitas.


DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi jilid 1. JAKARTA: Rineka Cipta.
Marhijanto, Bambang. 1999. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini. Surabaya: Terbit Terang.
Mintargo, Bambang S. 2000. Tinjauan Manusia dan Nilai Budaya. Jakarta: Universitas Trisakti
Narwoko, Dwi. J dan Bagong Suyanto.2005. Sosiologi: teks pengantar & terapan. Jakarta: Prenada Media.
Saifuddin, Fedyani achmad. 2005. Antropologi kontemporer: suatu pengantar kritis mengenai paradigma. Jakarta: Prenada Media.
Widyosiswono, supartono. 1992. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia
Wiranata, I Gede A.B, 2002. Antropologi Budaya. Lampung: Citra Adtya Bakti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar